Wacana Keilmuan dan Keislaman

Thursday, February 9, 2017



Pagi ini, aku harus berangkat kerja lebih awal karena mesti nganterin Dipo, ponakanku, ke sekolah. Aku sempat shock saat ngebantuin ngangkat tas sekolahnya. Astagaa.. Ini tas sekolah anak SD apa mobil pick up..?? Beraaattt banget.
Saat kutanya isinya apa aja, si Dipo cuma nyengir. Setelah aku cek, busyeeett, ternyata itu memang buku buku pelajaran dan tugas untuk hari ini. Aku jadi inget curhatan Kak Dini, ibu Dipo. Selain tugas tugas dan jam pelajaran yang padat, materi pelajaran anak SD jaman sekarang juga agak berat.
Iya juga sih, kalau dipikir piker benar juga kata kakakku tadi. Dan kalo boleh beropini, based on pengalaman pas sekolah kemaren, siswa di negeri kita ini sepertinya “diharuskan” menjadi manusia super yang menguasai seluruh ilmu, baik sains, sosial dan juga bahasa.
Sepertinya, paradigma pendidikan di Indonesia hanya berpusat pada bagaimana anak mendapat nilai bagus, bahasa sederhananya sih IQ oriented. Menurutku IQ emang penting, tapi bukan segala galanya.
Kalau soal IQ, aku jadi inget kisah Christopher Langan. Nama Christopher Langan memang gak ada apa-apanya jika dibandingin nama besar Albert Einstein. Tetapi, tidak banyak yang tahu bahwa Chris Langan ternyata mempunyai IQ (intelligence quotient) yang jauh di atas Einstein. Chris Langan memiliki IQ 200, sementara IQ sang fisikiawan jenius penemu Teori Relativitas itu ‘hanya’ 160.
Dengan IQ super yang 40 poin di atas Einstein, boleh jadi banyak dari kita yang berpikir masa depan Chris Langan pastilah cemerlang. Mungkin ia bakal jadi ilmuan sukses seperti Einstein. Atau pemimpin Negara layaknya B.J. Habibie, mantan Presiden Indonesia, yang juga ber-IQ 200. Atau, paling tidak, memimpin lembaga keuangan ternama seperti Sri Mulyani, Managing Director Wold Bank dan mantan Menteri Keuangan Indonesia, yang ber-IQ 157.
Sayangnya, tidak. Kisah hidup Chris Langan jauh dari cerita sukses. Pendidikannya gagal, ia di-droup out pada tahun pertama kuliahnya. Dan, sampai usia setengah 50 tahun, ia masih bekerja serabutan, terkadang jadi kuli bangunan, bahkan sempat menjadi tukang pukul di sebuah bar.
Pertanyaannya, mengapa para jenius seperti Einstein, Habibie, atau Sri Mulyani bisa meraih kesuksesan, sementara Chris Langan tidak?
Lewat bukunya Outliers, Malcolm Gladwell meneliti rahasia di balik orang-orang sukses. Menurut Gladwell, orang-orang berprestasi luar biasa alias outlier tidak muncul tiba-tiba. Modalnya juga bukan cuma IQ, bakat, ataupun kemampuan pribadi. Untuk menjadi outlier, mereka butuh dukungan lingkungan, mampu melihat dan memaksimalkan peluang, dan yang utama adalah kemauan untuk terus menempa diri.

2:05 PM   Posted by My Science in with No comments

0 komentar:

Post a Comment

Search