![]() |
Ilustration |
Sejak lahir, Bill Potter menderita kelumpuhan otak sehingga
divonis seumur hidupnya ia tidak akan mampu bekerja. Pada saat sang ibu
melahirkannya, dokter melakukan kesalahan dalam menggunakan alat vacuum,
sehingga merusak sebagian syaraf otak sang bayi. Akibatnya kelak, cara berjalan
anak tersebut menjadi terseok-seok (pincang) dengan tangan kanan terkulai tanpa
daya. Begitu pula dengan bicaranya yang gagap dan tidak jelas.
Dengan keadaan fisik seperti itu, ada banyak hal yang Bill
Potter tidak bisa melakukannya sendiri dan butuh bantuan ibunya. Misalnya,
untuk memakai dasi, ibunyalah yang selalu membantu memakaikannya. Ibunyalah
yang memasangkan kancing bajunya. Dan ibunya jugalah yang menyisiri rambutnya.
Tak heran, hubungan sang ibu dengan anaknya begitu dekat dan sangat baik. Saat
Mrs. Porter, ibunya, mendadani dan menyisir rambut Potter itulah, ia selalu
berkata kepada anaknya: “Pasti orang-orang butuh waktu untuk mengenalmu.”
Singkat cerita, setelah Bill Potter banyak mengalami penolakan
yang nyaris mematahkan harapannya, akhirnya ia berhasi menjadi seorang salesman
di Portland yang menjual berbagai jenis sabun secara door-to-door. Meski sejak
saat itu, setiap hari dia harus berjalan kaki tertatih-tatih menempuh jarak 20
kilometer perhari,tanpa pernah sedikitpun mengeluh. Dan karena bagian tubuhnya
yang sebelah kiri tidak berfungsi sebagaimana orang normal, sebenarnya Bill
Potter sangat sulit berjalan tegak dan berbicara dengan jelas.
Di hari pertama Bill Potter bekerja, Mrs. Porter menuliskan dua
kata mujarab pada roti makan siang anaknya: ”patient and persistence.” (Sabar
dan gigih)! Di hari pertama ia menjalankan tugas, sang mama mengantarnya dengan
mobil sampai di sudut jalan. Rumah pertama yang akan dimasukinya, langsung
ditinggalkan Bill Potter karena seekor anjing besar menunggunya di sana. Lalu
rumah kedua, dibuka oleh pria setengah mabuk. Pria itu membanting pintu, begitu
Potter mulai memperkenalkan dirinya. Dari dalam rumah terdengar seorang wanita
bertanya “Siapa itu?” Lalu seorang pria yang dari dalam rumah tersebut
menjawab: “Seperti pengemis.” Di rumah ketiga, Bill Potter belum sempat bicara.
Begitu sampai pintu, si penghuni rumah tengah memulai pertengkaran dengan
tetangganya akibat atap rumah yang rusak terkena pohon yang ambruk.
Tanpa mengenal putus asa, Bill Potter terus berjalan
terhuyung-huyung memasuki rumah yang lain. Kali ini ia disambut oleh seorang
wanita yang sedang meneriaki kedua anaknya. Salah satu anak itu langsung kabu,
begitu melihat penampilan Bill Potter. Di rumah berikutnya ia masuk dan
menjelaskan produk Watkins yang dijualnya. Sebenarnya, nyonya rumah menolak
membeli namun dia mengatakan, “Saya menghargai usahamu.” Lalu dengan
serta-merta ia menyodorkan sejumlah uang. Melihat sikap itu, seketika Bill
Potter bangkit dari duduknya dan berkata, “Saya tidak membutuhkan belas
kasihan. Tetapi Anda perlu pembersih untuk sofa Anda yang jorok!”
Akhirnya, si Nyonya yang bernama Ny. Sullivan itulah
yang menjadi pembeli pertamanya. Dia membayar hampir 50 dolar untuk dua pemutih
dan sabun. Bill Potter senang sekali. “Hari ini aku dapat komisi $ 4,25”,
katanya sambil bersorak ketika ibunya menjemputnya sore itu. Sesampai di rumah,
Ny. Potter bilang pada Bill, “Kamu memang seorang penjual. Ayahmu juga penjual
yang berhasil. Dia berprofesi penjual selama 38 tahun, makanya Mama yakin kamu
akan berhasil.”
Hari demi hari Bill terus konsisten menjalankan
profesinya. Bahkan ketika syaraf tulang punggungnya bermasalah akibat terus
menerus menjinjing tas berat, ia terus berjualan. Memang dokter menyuruhnya
berhenti, tapi Bill menolak untuk menyerah.
Pada tahun 1989, Bill Potter berhasil meraih penghargaan sebagai penjual
terbanyak dari perusahaan Watkins. Ia berhasil menjual produk Watkins sebanyak
US $ 42.460 dalam setahun. Prestasinya ini, melampaui orang-orang muda yang
yang berpenampilan normal. Di acara Watkins Annual Gathering, ia
mempersembahkan penghargaan itu untuk kedua orangtuanya, “Saya senang menjadi
penjual. Ayah saya dulunya juga seorang penjual; dan ibu saya mengajari
kesabaran dan kegigihan. Dia takkan membiarkan saya menyerah.”
- Diambil dari buku “Unstoppable” karya Cynthia Kersey.
- Ditulis kembali oleh Astin Soekanto