Hidup memang selalu menyajikan hal hal yang tak terduga.
Kemaren, pas ketemuan makan siang dengan klien, aku bertemu dengan Daniel,
teman sekelasku saat SMA. Setelah ngobrol sejenak, aku baru tahu, kalo ternyata
restoran mewah ini adalah milik Daniel. Bahkan dia masih punya 2 lagi di tempat
lain.
Jujur, aku sempat heran, bagaimana bisa si Daniel yang dulu
selalu dibully teman teman karena langganan mendapat nilai jeblok di semua mata
pelajaran bisa berubah menjadi seorang pengusaha sukses seperti ini..?? Belum
sempat aku memikirkan kemungkinan kemungkinannya, dengan antusias Daniel
mengajakku menuju ke ruangannya.
Begitu kami duduk, sepertinya Daniel bisa membaca isi pikiranku.
Dengan tersenyum dia bilang, ”Kamu pasti herankan aku bisa seperti ini?.” Belum
sempat aku menjawab, Daniel langsung berdiri, mengambil sebuah buku yang ada di
meja kerjanya. Ia sodorkan buku itu ke arahku sambil berkata, ”Semua berkat
buku ini, Adversity Quotient, Paul G Stoltz.”
Hmm..iya sih, buku itu memang keren. Di situ, Paul G Stoltz
mengemukakan satu betuk kecerdasan baru, namanya Adversity Quotient atau AQ,
kecerdasan untuk mengatasi kesulitan. Dengan adversity quotient yang memadai,
seseorang mampu mengubah suatu hambatan menjadi peluang.
Sebagai gambaran, Stoltz memakai terminologi pendaki gunung.
Stoltz membagi para pendaki gunung menjadi 3 bagian. Yang pertama adalah
Quitters. Para Quitters ini adalah mereka yang sekedar bertahan hidup. Mudah
putus asa dan menyerah di tengah jalan.
Sedangkan yang kedua adalah Campers. Campers adalah mereka yang
berani mengambil resiko, tetapi resiko yang aman aman saja dan terukur. Cepat
puas dan berhenti di tengah jalan. Dan yang ketiga adalah Climbers, yaitu para
pendaki yang terus berani menghadapi berbagai resiko. Need
of achievement mereka
begitu tinggi. Jadi tidak mengherankan kalau merekalah yang selalu berada di
puncak.
So, what are you wanna
be? Quitters? Campers? or Climbers? Choice is yours..
0 komentar:
Post a Comment