Wacana Keilmuan dan Keislaman

Wednesday, February 8, 2017



Eula Hall, seorang perempuan desa yang lahir pada tahun 1927 di Pike Country, Kentucky. Sebuah wilayah, dimana anak-anak meninggal karena kekurangan gizi dan orang-orang dewasa meninggal karena sakit yang tidak segera mendapat penanganan. Kematian-kematian ini terjadi karena penduduk di wilayah itu tidak punya tenaga medis (dokter) dan rumah sakit satupun. Bahkan, mereka tidak mempunyai dana medis sepeserpun. Eula sendiri telah melahirkan 5 anak, namun sedikitpun ia tak pernah mendapatkan perawatan pasca melahirkan dan semua bayinya dilahirkan di rumah.
Pada usia 18 tahun, Eula Hall bertekad keras untuk mendirikan klinik medis di desanya. Sedangkan, ia tak punya lisensi medis, tak pernah ikut pelatihan formal dalam politik atau hukum, tak pernah ikut kelas ilmu pengetahuan dan bahkan tidak menyelesaikan pendidikannya di kelas 8. Akan tetapi, gadis desa yang kotor dan miskin ini punya pekerjaan yang sangat dicintainya, yaitu meringankan penderitaan sesama di desanya, di pegunungan Appalachia, Kentucky.
Pekerjaannya itu, memberinya penghasilan sebesar $50 per-minggu. Sehingga untuk mendirikan klinik medis, Eula Hall menyisihkan penghasilannya sedikit demi sedikit untuk ditabung. Dan setelah berlangsung selama 7 tahun, akhirnya ia berhasil menyewa sebuah pondok kecil seharga $40 di sebuah jalan yang terpencil. Ia juga berusaha keras untuk mengumpulkan sumbangan dari berbagai pihak.
Apa yang dilakukannya itu, masih lebih mudah jika dibandingkan saat ia harus merekrut dokter yang bersedia bekerja di kliniknya. Bagi para dokter muda, pegunungan Appalachia bukanlah lokasi impian untuk meniti karir dan memperoleh penghasilan besar. Akhirnya, Eula merekrut staf medis dari sekumpulan dokter asing yang ingin mendapatkan green card. Tapi rupanya, para dokter yang semula tertarikpun, akhirnya banyak mundur karena mendapati kenyataan tak ada perumahan yang layak untuk mereka.
Meskipun melewati perjuangan yang berat, akhirnya klinik medis Eula Hall resmi dibuka. Dari hari pertama buka, mereka sudah kewalahan melayani pasien-pasien yang miskin. Mereka menderita sakit dari mulai jari yang hancur sampai paru-paru yang bocor. Banyak diantara mereka yang sebelumnya belum pernah bertemu dokter. Dan kebanyakan dari mereka, tidak mampu membayar biaya medis sebesar $5.
Klinik medis itu terus melayani pasien-pasien yang miskin, sampai suatu malam klinik itu mengalami kebakaran. Impian, pengorbanan dan hasil kerja keras Eula Hall selama ini, hancur dalam hitungan menit. Ia berdiri di depan reruntuhan yang masih menyala, sambil memikirkan nasib 15.000 warga yang menjadi tanggung-jawabnya. Ia terpuruk memikirkan persediaan obat dan peralatan medis yang menjadi abu. Untuk pertama kalinya, dalam sejarah hidupnya, ia menangis. Dengan terseok-seok ia mengumpulkan keberaniannya dan dengan suara serak dia berkata, “Bangunan ini memang sudah hancur, namun kita masih ada di sini!”
Malam itu, Eula Hall bertekad untuk tetap bekerja dan mencari cara untuk membangun kembali kliniknya. Keesokan harinya, klinik itu tetap menerima pasien di ruangan terbuka dengan sebuah telpon yang tergantung di pohon. Para pasien antri berbaris dan para staf mengobati pasien. Bersamaan dengan itu, Eula juga mengumpulkan dana dengan berbagai cara: pengumuman di radio, malam amal, bahkan juga berdiri di pinggir jalan sambil menenteng keranjang sumbangan. Dalam 3 bulan, ia berhasil mengumpulkan dana sebesar $102.000. Jumlah yang cukup untuk dipakai sebagai jaminan mendapatkan ijin federal dalam membangun sebuah klinik baru.
Meskipun ijin sudah di tangan, akan tetapi bangunan klinik belum berdiri. Jadi ia klinik itu masih berpindah-pindah. Ketika sebuah sekolah lokal tutup untuk musim panas, Eula memindahkan kliniknya ke sana. Pada musim gugur, ia memindahkan kliniknya ke sebuah trailer. Berat, tapi selangkah demi selangkah, satu dolar demi satu dollar, akhirnya sebuah klinik baru pun berdiri: Mud Creek Clinic. Sebuah klinik dengan peralatan modern dan parkiran aspal yang luas.
Mud Creek Clinic, merupakan satu-satunya klinik modern yang memungut bayaran semampu pasiennya. Orang-orang melakukan perjalanan melintasi pegunungan untuk menyuntikkan anak mereka, memeriksa tekanan darah mereka, atau mendapat resep untuk jantung mereka. Jika klinik itu tidak bisa membantu mereka, maka Eula akan mencari orang yang bisa membantu. Ia pernah berhasil membujuk Lions Club untuk membiayai operasi para pasien kanker yang miskin. Ia juga pernah berurusan dengan pengadilan demi membantu klaim cacat bagi orang-orang miskin. Ia juga mengumpulkan uang untuk membeli sebuah ambulans yang digunakan untuk mengirim makanan ke orang-orang yang tidak bisa keluar rumah karena sakit. Bahkan kalau diperlukan, ia menyetir sendiri ambulans itu untuk membawa pasien-pasien yang dalam keadaan kritis ke sebuah RS terdekat. Pernah suatu kali mobilnya terguling sampai bahunya patah, tapi keesokan harinya, dia tetap bekerja seperti biasa. Yang keren, meskipun Eula menderita arthritis dan sakit jantung, sekalipun ia tak pernah mau dirawat. Ia berkilah, “Bekerja keras, tidak akan membunuh manusia.”
Keberadaan Mud Creek Clinic dengan 17 staf, termasuk 2 dokter dan 7 ruang periksa yang diperlengkapi dengan peralatan yang baik membuat Eula Hall hidup dengan gaji sebesar $22.000 pertahun. Dia berada di klinik tersebut setiap hari dan belum pernah mengambil liburan selama 4 tahun. Seringkali klinik itu buka hinggai jauh malam. Ia menunggu pasien terakhir diperiksa dan diobati, sebelum akhirnya menutup kliniknya. Baru setelah yakin kalau pasien-pasiennya aman dan diperhatikan, Eula Hall pulang ke rumah untuk beristirahat.
  • Diambil dari buku “Unstoppable” karya Cynthia Kersey.
  • Ditulis kembali oleh Astin Soekanto
4:06 PM   Posted by My Science in with No comments

0 komentar:

Post a Comment

Search