Wacana Keilmuan dan Keislaman

Sunday, March 31, 2019

Ilustrasi

Artikel ini mencoba menelaah kisahtentang pemuda-pemuda yang dipuji dan diabaikan oleh Allah dalam AL-Qur'an, yang dapat menjadi rujukan bagi generasi muda sekarang maupun mendatang, karena heroisme (kepahlawanan) dalam mempertahankan keyakinan dan kebenaran hakiki.

Kisah Ashabul Kahfi (Penghuni-Penghuni Gua) merupakan sebuah kisah nyata (true-story) yang diceritakan Allah pada Rasulullah Muhammad dengan tujuan memberi gambaran (i'tibar) dan model percontohan (ushwah) adanya sekelompok pemuda yang memiliki keberanian luar biasa meninggalkan lingkungannya untuk berhijrah ke sebuah tempat (goa) yang lebih bersahabat demi sesuatu "Keyakinan dan Ketahidan".

"Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar.
Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka,
dan kami tambah pula untuk mereka petunjuk"
(Q.S. al-kahfi, 18: 13)

Peristiwa hijrah atau berpindahnya seseorang dari suatu tempat (yang kurang kondusif) ke tempat lain (ayng lebih kondusif) untuk suatu  tujuan mulia (keluhuran sebuah cita cita) merupakan sebuah keniscayaan,. Apalagi perpindahan tersebut disertai oleh niat yang tulus, bersih, dan benar maka Allah  akan memberi pertolongan, petunjuk, dan meneguhkan mereka dengan memberi  tempat yang terbaik (lokasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka).

Artinya sebagai seorang pemuda, tidak ada alasan untuk merasa takut dan khawatir saat mengalami peristiwa atau pengalaman yang tidak menyenangkan, karena sebuah konsekuensi dalam menegakkan kebeneran, kebaikan, dan keadilan. Satu hal yang pasti bahwa Allah akan memandu pemuda-pemuda yang berjuang untuk meninggikan dan menegakkan kebeseran namaNya.

Ilustrasi

Mengapa Ashabul Kahfi.?
Ilustrasi tentang kisah Ashabul Kahfi ditampilkan sebagai contoh (modeling) dengan tujuan menunjukkan urgensi dan peran strategis pemuda untuk kemajuan dan kemaslahatan suatu masyarakat (peradaban bangsa).


"Dan Kami meneguhkan hati mereka diwaktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata, "Tuhan kami adalah tuhan seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebeneran"
(Q.S. al-kahfi, 18:14) 

Sosok pemuda dalam kajian psikologis memiliki arti penting, baik dari aspek tumbuh-kembang fisiologis yang dimiliki, maupun dari psikososial dan spiritual. Oleh Karena itu kajian kepemudaan tentang Ashabul Kahfi relevan dengan kondisi sosial masyarakat dewasa ini.

Secara fisiologis pemuda Al-Kahfi merupakan sekelompok individu yang memiliki kematangan dan kesehatan fisik yang optimal. Hal ini dapat dilihat dari kesiapan fisik saat melarikan diri atau meninggalkan tanah kelahiran mereka. Seseorang yang berniat melakukan perjalanan jauh umumnya mempersiapkan kondisi fisik yang dimiliki dengan sebaik-baiknya, sebagai modalitas untuk menghadapi segala sesuati yang tidak diperhitungkan selama perjalanan.

Secara psikososial pemuda al-kahfi menunjukkan kualitas kepribadian yang tangguh dan resilien. Kepribadian Tangguh ditandai oleh (1) Kemampuan menghadapi dan menghargai kesedihan, kemalangan, dan ketidak beruntungan; (2) Memiliki keterampilan untuk berempati terhadap orang lain; (3) berpikir untuk menghasilkan sesuatu yang terbaik; (4) kemampuan mengubah kemalangan menjadi keberuntungan; (5) memiliki keuletan, ketabahan, sense of humor perasaan gembira dan merdeka.
Kepribadian Resilien ditandai oleh adanya (1) Kompetensi sosial, seperti tanggungjawab, keluwesan, empati, perhatian, komunikasi, dan sense of humor; (2) kemapuan pemecahan masalah, seperti merencanakan, meminta bantuan, bersikap dan bertindak kritis, serta kreatif; (3) Kemandirian dan independensi, seperti memiliki identitas, keyakinan terhadap diri sendiri, dan penguasaan tugas.

Ketangguhan dan resiliensi merupakan karakteristik dari kepribadian unggul yang hanya dimiliki oleh pemuda-pemuda yang melatih diri (riyadhah) secara disiplin dengan pertolongan dan bimbingan Allah Taala. Perbedaan antara ketangguhan dan resiliensi terletak pada (1) sikap yang ditunjukkan dan (2) hasil yang diperoleh. Kemampuan bersikap tegar dan tabah dalam menghadapi peristiwa negatif merupakan sikap pada pribadi tangguh. Adapun kemampuan beradaptasi secara fleksibel dalam menghadapi kesulitan, atau krisis hidup merupakan sikap pada pribadi resilien.

Hasil dari kepribadian tangguh adalah adanya daya juang (etos kerja) dalam menyelesaikan tugas-tugas. Adapun kepribadian resilien akan menghasilkan keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan (motivasi prestatif). Kesamaan antara kepribadian tangguh dan resilien terletak kemampuan untuk bangkit ( tidak mudah menyerah) saat mengalami kegagalan yang dialami.

12:05 AM   Posted by My Science in with No comments

0 komentar:

Post a Comment

Search