Manfaatkan Masa Mudamu Sebelum Tiba Masa Tuamu
Artikel
ini mencoba menelaah kisah tentang pemuda-pemuda yang dipuji dan diabadikan
oleh Allah dalam Al-Qur’an, yang dapat menjadi rujukan bagi generasi muda
sekarang maupun mendatang, karena heroisme (kepahlawanan) dalam mempertahankan
keyakinan dan kebenaran hakiki. Kisah Ashabul Kahfi (Penghuni-Penghuni Gua)
merupakan sebuah kisah nyata (true story) yang diceritakan Allah pada
Rasulullah Muhammad dengan tujuan memberi gambaran (i’tibar) dan model percontohan
(ushwah) adanya sekolompok pemuda yang memiliki keberanian luar biasa
meninggalkan lingkungannya untuk berhijrah ke sebuah tempat (goa) yang lebih
bersahabat demi suatu “keyakinan dan ketahidan”.
Peristiwa
hijrah atau berpindahnya seseorang dari satu tempat (yang kurang kondusif) ke
tempat lain (yang lebih kondusif) untuk suatu tujuan mulia (keluhuran sebuah
cita-cita) merupakan sebuah keniscayaan. Apalagi perpindahan tersebut disertai
oleh niat yang tulus, bersih, dan benar maka Allah akan memberi pertolongan,
petunjuk, dan meneguhkan mereka dengan memberi tempat yang terbaik (lokasi yang
sesuai dengan kebutuhan mereka).
Qur’an
Surat Al-Kahfi, 18:13
“Kami kisahkan kepadamu (muhammad)
cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang
berimankepada Tuhan Mereka, dan kami tambah pula untuk mereka petunjuk.”
Qur’an
Surat Al-Kahfi, 18:14
“Dan kami meneguhkan hati mereka
diwaktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata, “Tuhan kami adalah Tuhan
seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia,
sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh
dari kebenaran.”
Qur’an
Surat Al-Kahfi, 18:17
“Barangsiapa yang diberi petunjuk
oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang
disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seseorang pemimpinpun yang
dapat memberi petunjuk kepadanya.”
Artinya
sebagai seseorang pemuda, tidak ada alasan untuk merasa takut dan khawatir saat
mengalami peristiwa atau pengalaman yang tidak menyenangkan, karena sebuah
konsekuensi dalam menegakkan kebenaran, kebaikan, dan keadilan. Satu hal yang
pasti bahwa Allah akan memandu pemuda-pemuda yang berjuang untuk meninggikan
dan menegakkan kebesaran namaNya.
Mengapa Ashhabul Kahfi
Ilustrasi
tentang kisah Ashhabul Kahfi ditampilkan sebagai contoh (modelling) dengan
menunjukkan urgensi dan peran strategis pemuda untuk kemajuan dan kemaslahatan
suatu masyarakat (Peradaban bangsa). Sosok
pemuda dalam kajian psikologis memiliki arti penting, baik dari aspek tumbuh-kembang
fisiologis yang dimiliki, maupun dari aspek psikososial dan spiritual. Oleh
karena itu kajian kepemudaan tentang Ashhabul Kahfi relevan dengan kondisi
sosial masyarakat dewasa ini.
Secara
fisiologis pemuda Al-Kahfi merupakan sekelompok individu yang memiliki
kematangan dan kesehatan fisik yang optimal. Hal ini dapat dilihat dari
kesiapan fisik saat melarikan diri. Secara Psikososial pemuda Al-Kahfi
menunjukkan kualitas kepribadian yang tangguh
dan resilien.
Menurut
Anganthi (2006) ketangguhan adalah
kemampuan dalam menghadapi peristiwa-peristiwa yang negatif, seperti kesedihan, kemalangan
maupun ketidakberuntungan. Adapun resiliensi
kemampuan dalam beradaptasi dengan kesulitan-kesulitan, tekanan-tekanan maupun
krisis kehidupan dengan cara-cara yang benar, baik dan konstruktif, sehingga
mencapai keberhasilan hidup.
Kepribadian
Tangguh ditandai oleh : (1) kemampuan menghadap dan menghargai kesedihan dan
kemalangan. (2) memiliki ketrampilan untuk berempati terhadap orang lain. (3)
berpikir untuk menghasilkan sesuat yang terbaik. (4) kemampuan mengubah
kemalangan menjadi keberuntungan. (5) memiliki keuletan, ketabahan, sense of
humor, perasaan gembira dan merdeka.
Kepribadian
Resiliensi ditandai oleh : (1) Kompetensi sosial (2) Kemampuan pemecahan
masalah. (3) Kemadirian dan independensi. (4) Keyakinan terhadap masa depan.
Ketangguhan
dan Resiliensi merupakan karakteristik dari kepribadian unggul yang hanya
dimiliki oleh pemuda-pemuda yang melatih dirisecara didiplin dengan pertolongan
dan bimbingan Allah ta’ala. Perbedaan antara Ketangguhan dan Resiliensi
terletak pada (1) sikap yang ditunjukkan. (2) hasil yang diperoleh. Hasil dari
kepribadian tangguh adalah daya juang (etos kerja) dalam menyelesaikan
tugas-tugas. Adapun kepribadian Resiliensi akan menghasilkan keberhasilan dalam
mencapai suatu tujuan (Motivasi Prestatif). Kesamaan antara kepribadian tangguh
dan resiliensi terletak pada (1) semangat serta optimisme dalam menjalani
hidup. (2) Kemampuan untuk bangkit (tidak mudah menyerah) saat mengalami
kegagalan yang dialami.
Siapa Ashhabul Kahfi
Identitas
dan latar belakang keberadaan pemuda-pemuda Al-kahfi secara eksplisit tidak
diinformasika dalam Al-Quran. Namun demikian banyak riwayat dan kisah yang
mendeskripsikan mereka sebagai sekelompok pemuda (ada yang lajang dan ada juga
yang sudah berkeluarga), berjumlah ganjil kurang dari 10 orang, untuk
menegakkan keyakinan dan ketauhidan terhadap Allah ta’ala, hanya ditemani oleh
seekor anjing. Riwayat ini sesuai dengan penjelasan dalam Al-Quran:
Meskipun
informasi yang diberikan Allah tentang pemuda Al-kahfi hanya sedikit, namun
sesungguhnya dapat ditarik suatu pelajaran yang berkenaan dengan mereka, yaitu
(1) taraf perkembangan pemuda Al-kahfi berada pada tahap remaja hingga dewasa,
(2) pemuda Al-kahfi merupakan sekelompok pertemanan, (3) Pemuda Al-kahfi
merupakan penyayang binatang, (4) Pemuda Al-kahfi memiliki kebersamaan dalam
cita-cita (5) Pemuda Al-Kahfi memiliki sikap progresif, (6) pemuda Al-kahfi
merupakan seorang pemkir.
Psikologi Ashhabul Kahfi
Pemuda
Al kahfi dalam tinjauan psikologis berada pada taraf perkembangan
remaja-dewasa. Perspektif psikologis perkembangan menjelaskan adanya kekhasaan
pada diri remaja, antara lain: (1) secara fisik (fisiologis) telah mencapai
kematangan, (2) secara mental-emosi (psikologis) masih labil, (3) secara
kekerabatan (sosial) membutuhkan dukungan dan pengakuan, (4) secara rohani
(spiritual) memasuki tahap pencarian keyakinan yang rasional dan relistis.
Deskripsi
tentang keberadaan pemuda al-kahfi dalam perspektif psikologi tersebut,dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemuda Al kahfi
sebagaimana remaja lain, sudah mencapai kematangan fisiologis.
2. Pemuda Al kahfi
sebagaimana remaja lain secara mental masih menujukkan labilitas emosi
3. Pemuda Al kahfi
sebagaimana remaja lain, secara sosial membutuhkan dukungan kelompok
4. Pemuda Al Kahfi
sebagaiman remaja lain, secara rohani mulai mencari pembuktian terhadap
nilai-nilai keyakinan yang mereka miliki.
Relevansi Ashabul Al Kahfi
Berpijak
dari kisah Ashabul Al Kahfi diatas, sesungguhnya siapakah yang disebut pemuda
itu.? Apakah pemuda selalu dikaitkan dengan usia perkembangan tertentu.?
Jawaban atas persoalan tersebut daoat dijelaskan melalui hadits Rasulullah yang
mengingatkan agar generasi muda memanfaatkan masa mudanya sebelum tiba masa
tuanya dengan implikasi sebagai berikut:
1.
Kematangan
Fisiologis, terutama perkembagan psikoseksual.
Artinya pemuda di masa
kini memiliki tantangan besar dalam menyalurkan dorongan psikoseksual yang
positif dan sehat, karena stimulasi untuk pemenuhan kebutuhan psikoseksual
muncul dari berbagai arah melalui beragam media.
2.
Labilitas
Psikologis, terutama perkembangan mental-emosional.
Artinya pemuda perlu
berupaya untuk mengatasi labilitas emosi pada dirinya melalui keberanian untuk
bersikap mandiri dan independent, baik secara emosi maupun sosial.
3.
Kebutuhan
sosial, terutama relasi sosial dengan kelompok sebaya.
Artinya pemuda perlu
berupaya untuk mengoptimalkan kebutuhan mengembangkan relasi interpersonal
melalui pertemanan, baik terhadap sesama jenis kelamin maupun dengan lawan
jenis.
4. Kebimbangan
spiritual, terutama pencarian keberadaan Tuhan. Artinya pemuda perlu mengatasi
kebimbangan spiritual iyang dialami melalui upaya mencari jawaban atas problem
personal maupun kemasyarakatan dengan penjelasan rasional dari agama.
0 komentar:
Post a Comment