Wacana Keilmuan dan Keislaman

Sunday, November 1, 2015


Setiap manusia muslim pasti menginginkan survive hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Modal utama untuk dapat survive dalam kehidupan di dua alam tersebut adalah ilmu, hal itu sebagaimana tersuara dalam sabda Rasulullah SAW, yaitu:

“Barangsiapa menghendaki kebahagiaan di dunia, maka ia harus berilmu; barangsiapa menghendaki kebahagiaan di akhirat, maka ia harus berilmu; dan barangsiapa menghendaki kebahagiaan pada keduanya, maka ia harus berilmu”. (HR. Thabrani)

Dengan memiliki ilmu pula seseorang dapat mencapai derajat sebagai ulul albab, yaitu orang-orang yang dapat memikirkan dan meneliti keagungan Allah melalui ayat-ayat qauliyah yang terdapat dalam Kitab Suci Al-Qur’an dan ayat-ayat kauniyah ( tanda-tanda kekuasaan Allah) yang terdapat di alam semesta. Mereka menjadi ilmuwan dan intelektual, tetapi mereka rajin berdzikir dan beribadah kepada Allah SWT sebagaiman firman-Nya:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”
(Q.S. Ali Imran,3: 190-191)

Untuk mencapai derajat ilmuwan dan intelektual tersebut, kita dituntunkan untuk berusaha meraihnya, kapanpun, dimanapun, dan sampai manapun, sebagaimana pesan gambaran Rasulullah SAW berikut:

“Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya menuju surga, dan selama suatu kaum berkumpul dalam sebuah rumah di antara rumah-rumah Allah, dimana di antara mereka membaca kitab Allah dan mempelajarinya maka Malaikat merendahkan sayapnya yang mendatangkan ketenangan di atas mereka.
(HR. Ibnu Majah)

Tujuan Menuntut Ilmu

Ada beberapa tujuan dalam menuntut ilmu. Tujuan yang utama adalah untuk meningkatkan keimanan pada dirinya. Hal itu sebagaimana tersirat dalam ayat berikut:

“Dan agar dia mengetahui bahwa orang-orang yang telah diberi ilmu meyakini bahwasanya Al-Qur’an itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan Tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.”
(Q.S. Al-Hajj, 22:54)

Namun demikian tidak sedikit orang yang menuntut ilmu hanya untuk kepentingan pragmatis semata, yaitu untuk memperoleh nilai, serifikat atau ijazah, yang dengan hal itu dapat memperoleh pekerjaan yang layak, dan akhirnya dapat gaji yang layak pula. Padahal dalam konsep islam, menuntut ilmu harus diniati lillahi ta’ala dan untuk memperoleh ridha Allah semata. Nilai, sertifikat, ijazah dan pekerjaan hanya sebagai side effect yang dilakukan seseorang dan hal itu juga telah dijanjikan Allah dalam ayat berikut:

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Q.S. Al-Mujadilah, 58:11)


Syarat Menuntut Ilmu

Suatu saat Imam Syafi’i menceritakan keluhnya pada seorang gurunya dengan ungkapan:

“Saya mengeluh pada seorang guruyang bernama Waki’ tentang jeleknya hafalan/ kesulitan menghafal, kemudian ia meberi petunjuk kepada saya untuk meninggalkan perbuatan maksiyat, dan ia juga memberitahu saya bahwa ilmu itu adalah cahaya, dan cahaya Allah itu tidak akan dipancarkan pada orang yang berbuat maksiyat.”

Sebagai seorang murid/mahasiswa/pembelajar harus memiliki sifat-sifat ilmuwa, yaitu kritis, terbuka menerima kebenaran dari manapun datangnya, serta senantiasa menggunakan daya nalar (Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2001:41), sebagaimana pesan-pesan Allah berikut:

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Q.S. Al-Isra’ 17:36)

“Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik dianataranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-oramg yang mempunyai akal.” (Q.S. Az-Zumar, 39:18)

Disamping itu, agar dapat belajar dengan maksimal, setiap orang harus menghadirkan atau melibatkan empat unsur yang ada didalam dirinya selama belajar, yaitu unsur fisik/jasmani, unsur akal/fikiran, unsur qolbu/hati nurani, dan unsur ruh. Jika salah satu dari empat unsur tersebut tidak secara optimal dihadirkan akan mempengaruhi kualitas dalam belajar, dimana belajarnya juga tidak akan optimal.


Etika Selama Menuntut Ilmu
Imam Al-Ghazali dalam kitab ihya ‘ulumuddin menjelaskan bahwa orang yang sedang menuntut ilmu perlu memperhatikan beberapa hal berikut:
a.  Mendahulukan kebersiah jiwa, hal ini dimaksudkan agar ia dimudahkan oleh Allah untuk memenuhi dan mengamalkan ilmu yang diperolehnya.
b.  Mengurangi kesenangan duniawi dan (apabila perlu) menjauh dari tempat tinggalnya hingga hatinya terpusat untuk ilmu.
c.  Tidak sombong dalam menuntut ilmu dan tidak membangkang kepada guru/dosen, tetapi memberinya kebebasan dalam mengajar
d.     Menghindar dari mendengarkan perselisihan-perselisihan di antara sesama manusia, karena hal itu akan menimbulkan kebingungan.
e.   Tidak menolak suatu bidang ilmu yang terpuji, melainkan ia menekuninya hingga mengetahui maksudnya.

Luqman al-Hakim juga pernah menasehati anaknya: “ Hai anakku, bergaullah dengan ulama’ (orang yang berilmu) itu, dan dengarkanlah perkataan ahli hikmat, karena sesungguhnya Allah menghidupkan hati yang mati itu dengan cahaya hikmah (ilmu), sebagaimana Allah menghidupkan bumi yang mati dengan air hujan yang lebat.” Heri Jauhari Muchtar (2005:160-161), memerinci tentang bentuk-bentuk menghormati atau memuliakan guru/dosen/ pendidik antara lain:
a.       Mengucapkan salam apabila bertemu dengannya.
b.      Bertutur kata dan bersikap yang sopan apabila berahadapan dengannya.
c.   Mendengarkan, memperhatikan, dan menyimak semua perkataan atau penjelasannya ketika mereka mengajar atau berbicara dengan kita.
d.      Mengerjakan semua tugas yang diberikan dengan baik, tepat waktu dan sungguh-sungguh.

e.       Mengamalkan ilmu yang telah didapat dengan benar.
4:01 PM   Posted by My Science in with No comments

0 komentar:

Post a Comment

Search