Wacana Keilmuan dan Keislaman

Sunday, November 1, 2015


Manusia lahir ke dunia dilengkapi dengan seperangkat kemampuan internal, yakni rasa ingin tahu (curiousty) tentang sesuatu. Setelah sesuatu itu diperoleh, dengan akalnya manusia dapat memilah-milah sesuatu dengan jenis dari sesuatu itu. Kalau diatas meja ada beberapa jenis benda yang diacak dalam menempatkan, dan manusia diperintahkan untuk mengumpulkan benda itu sesuai jenisnya, maka manusia mampu melakukan. Hal ini tidak mungkin dilakukan oleh makhluk Allah lainnya, binatang, jin dan malaikat. Akal sebagai titik pembeda yang fundamental antara manusia dengan lainnya. Dengan akal, manusia dapat melakukan observasi, penyelidikan, penelitian dan eksperimen untuk menemukan kebenaran, yang kemudian kebenaran ini terus dikembangkan menjadi teori. Manusia yang beriman tidak cukup hanya mengandalkan kebenaran dari proses pencarian dengan akal semata. Wahyu merupakan firman-firman Allah yang memberikan arah kerja akal, agar tidak terjebak pada penuhanan terhadap kemampuan kerja akal.
Tulisan ini akan membahas persoalan pentingnya ilmu pengetahuan, maka diawali dari pengertian ilmu, ilmu pengetahuan kdalam perspektif Al-Quran dan Al-Sunnah, kedudukan orang yang berilmu, dan pentingnya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.


Pengertian Ilmu Pengetahuan

Dalam bahasa indonesia terdapat beberapa istilah yang menyangkut masalah ilmu. Paling tidak ada empat istilah, yakni; ilmu, pengetahuan, ilmu pengetahuan, dan sains. Istilah ilmu berbeda dengan pengetahuan terutama dari metode untuk mendapatkannya. Istilah ilmu pengetahuan merupakan penggabungan dua kata yang bermakna pengetahuan ilmiah.
Istilah ilmu merupakan terjemahan dari bahasa inggris science yang berasal dari bahasa Latin scientia yang diturunkan dari kata scire, yang berarti mengetahui (to know) dan belajar (to learn), maka ilmu dapat berarti usaha untuk mengetahui atau mempelajari sesuatu yang bersifat empiris dan melalui suatu cara tertentu. Dilihat dari segi maknanya, pengertian ilmu menurut The Liang Gie, sekurang-kurangnya mengandung tiga hal yakni: (1) pengetahuan; (2) Aktivitas; (3) metode. Kalangan ilmuwan sendiri, juga ada kesepakatan, bahwa ilmu terdiri atas pengetahuan, sebagaimana yang dikemukakan oleh seldon J.Lechman dalam bukunya The Foundation of Science, yakni:

“Science refers primarily to those systematically organized bodies of accumulated knowledge concerning the universe which have been derived exclusively through techiques of objective observation. The content of science, then, consist of organized bodies of data.”

“Ilmu menunjuk pertama-tama pada kumpulan-kumpulan yang disusun secara sistematis dari pengetahuan yang dihimpun tentang alam semesta yang melulu diperoleh melalui teknik-teknik pengamatan yang obyektif. Dengan demikian, maka isi ilmu terdiri dari kumpulan-kumpulan teratur dari data”

Ilmu merupakan pengetahuan yang mempunyai karakteristik tersendiri. Pengetahuan (knowledge) mempunyai cabang pengetahuan, dan ilmu (science) merupakan salah satu dari cabang pengetahuan, dan ilmu (science) merupakan salah satu dari cabang pengetahuan lainnya. Atau dengan kata lain, karakteristik keilmuan menjadikan ilmu merupakan suatu pengetahuan yang bersifat ilmiah. Dengan demikian, maka sinonim dari ilmu adalah pengetahuan ilmiah (scienfic knowledge)



Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Al-Qur’an dan al-sunnah
Salah satu ciri yang membedakan islam dengan yang lainnya adalah penekanannya terhadap masalah ilmu. Al-Qur’an dan Al-sunnah mengajak kaum muslimin untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi. Wahyu yang pertama kali turun bukan mewajibkan kepada manusia untuk shalat, puasa, zakat dan haji, melainkan untuk membaca, sebagaiman yang tertera dalam Q.S al-alaq:1-5 dibawah ini:

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan; Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah; Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha mulia; yang mengajar (manusia) dengan pena; Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Hal ini bisa di pahami apabila dihubungkan dengan kondisi sosio politik yang terdapat pada masyarakat zaman itu yang terkungkung oleh kejahiliyahan. Padahal salah satu tugas Muhammad SAW adalah mengentaskan kejahiliyahan menjadi keberadaban. Untuk itu yang dilakukan oleh Muhammad SAW adalah merubah paradigma hidup menjadi tawhid (menguasai keesaan Tuhan) dan dengan ilmu pengetahuan. Kekurangan ilmu yang benar dapat menggiring manusia untuk berlaku sombong kepada Allah (Q.S. Al-An’am/ 6:108) bahkan menyembah tuhan selain Allah (Q.S. al-Hajj/ 22:71). Iqra’ adalah perintah untuk membaca, padahal membaca adalah pintu pertama dibukakannya ilmu pengetahuan. Orang yang membaca adalah orang yang mengamalkan ayat tersebut sekaligus menjadi orang yang menjadai insya Allah Pandai. Kata iqra’ disebutkan enam kali dalam Al-Qur’an yang tersebar dalam empat surat, yakni Q.S. Al-Isra’/ 17:14, al-Alaq/ 96:1 dan 3, al-Haqqah/ 69:19, al-Muzammil/73:20 (dua kali disebutkan)

“Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu.” (Q.S. al-isra’/ 17:14)

“Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah hanannya, maka dia berkata: Ambillah, bacalah kitabku (ini)” (Q.S. Al-Haqqah/69:19)

Dari ayat dan beberapa hadis yang telah diungkapkan diatas, maka islam menempatkan ilmu dalam posisi sentral. Hal ini sangatlah logis, karena selain dapat ilmu semakin mendekatkan diri kepada Allah, juga dapat dijadikan tolak ukur kemajuan seseorang, masyarakat dan bangsa. Dari sinilah sesungguhnya pentingnya ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia. Lantas ilmu yang macam apa yang harus dicari? Menurut Mahdi Ghulsyani dalam bukunya yang berjudul The Holy Qur’an and the Science of Natural tahun 1996 memberikan jawaban kongkrit, bahwa ilmu yang haus dicari atau dipelajari adalah:
a.       Ilmu yang dapat meningkatkan pengetahuaannya akan Allah
b.      Ilmu yang efektif dapat membantu mengembangkan masyarakat islam dan merealisasikan tujuan-tujuannya.
c.       Ilmu yang dapat membimbing orang lain ke jalan yang benar.
d.      Ilmu yang dapat memecahkan berbagai problem masyarakat.


Kedudukan Orang Yang Beriman
Al-Qur’an dengan jelas mengatakan bahwa tidaklah sama orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu.

“Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”
(Q.S. Al-zumar, 39:9)

“niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Q.S. al-Mujadillah, 58:11)

Dari dua ayat di atas, jelaslah bahwa orang yang berilmu menduduki tingkat terhormat dalam islam.


Pentingya Menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Sungguh telah jelas bahwa negara-negara Islam tidak hanya yang masuk dalam kelompok negara maju, walaupun negara-negara islam itu adalah negara kaya raya. Tidak ada yang meragukan kekayaan negara kuwait, Arab Suadi, dan Brunai Darussalam, namun negara-negara ini bukan negara maju. Kemajuan suatu negara ditentukan oleh penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, berarti memiliki Sumber Daya Manusia yang unggul. Oleh karena itu, umat islam harus bekerja keras mengejar ketertinggalannya dalam bidang iptek. Kalau dilakukan penelusuran secara seksama, paling tidak ditemukan tujuh i’tibar dalam bidang iptek yang terdapat dalam Al-Qur’an, yaitu:
a.      Penggalian lubang di tanah, menguburkan mayat dan menimbuninya, seperti yang dipelajari Qabil dari perbuatan gagak, setealah ia membunuh saudara kandungnya, si Habil (Q.S. al-Maidah, 5:30-31)
b.      Pembuatan, melayarkan dan melabuhkan kapal oleh nabi nuh a.s. pada masa menjelang waktu air bah datang, sehingga terjadi banjir besar. Nabi nuh dan umatnya yang setia selamat dari banjir tersebut. (Q.S. Hud, 11:36-44)
c.   Menyucikan, meninggikan pondasi, dan membangun Baitullah oleh Nabi Ibrahim a.s., dibantu oleh ismail (Q.S. al-Baqarah, 2:124-132)
d.      Pengelolaan sumber daya alam dan hasil bumi oleh Nabi Yusuf (Q.S. Yusuf, 12:55-56)
e.   Pelunakan besi dan pembuatan baju besi, serta pengendalian dan pemanfaatan bukit-bukit dan burung-burung oleh Nabi Daud (Q.S. al-Anbiya’, 21:80 dan saba’, 34: 10-11)
f.  Komunikasi dengan burung semut dan jin, pemanfaatan tenaga angin untuk transportasi, pemanfaatan tenaga burung untuk komunikasi, mata-mata untuk tentara, pemanfaatan tenaga jin untuk tentara, penyelam laut, membangun konstruksi bangunan, patung, kolam dan pencairan tembaga oleh Nabi Sulaiman (Q.S. al-Anbiya, 21:81-82, al-Nam, 27:15-28, 34: 12-13, dan Shad, 38:34-40)
g.    Penyembuhan orang buta, berpenyakit lepra, dan telepati oleh Nabi Isa a.s. (Q.S. Ali imran dan Al-Maidah, 4:110).

Beberapa informasi Qur’an itu, mestinya iptek bukanlah hal yang asing bagi umat islam. Karena peristiwa sejarah masa lalu itu tetap memiliki nilai kegunaan yang tinggi bagi umat sesudahnya. Sejarah bukan suatu peristiwa statis yang hanya dinikmati, dirasakan dan diambil oleh pelaku dan masyarakat pada zamannya, melainkan sejarah sesuatu yang dinamis, yang dapat diambil hikmah dan nilai. Maka sejarah itu harus dihadirkan, direfleksikan ke masa kini dan masa depan.

Selain itu, dalam ayat-ayat yang lain sebagaimana banyak disinggung pada pembahasan di awal, ditemukan ayat-ayat yang mendorong manusia untuk menguasai iptek. Karena bagaimanapun juga, iptek sangat dibutuhkan dalam memajukan kehidupan manusia. Iptek akan terus berkembang seirama tingkat daya intelektualitas manusia dalam merespon dan meramalkan kemungkinan atau kecenderungan kehidupan manusia masa depan.


3:52 PM   Posted by My Science in with 1 comment

1 comment:

Search