Wacana Keilmuan dan Keislaman

Saturday, February 11, 2017



Dia yang tahu dan mengerti “mengapa” dia hidup, akan mampu menghadapi hampir semua keadaan dan tahu soal “bagaimana!” demikian ungkap, Viktor E. Frankl, seorang Ahli dan perumus Logo Terapi.
Mantan penghuni kamp nazi yang lolos dari kematian atas siksaan kaum fasis nazi itu, pernah menyaksikan dan mengalami berbagai penderitaan di dalam kamp maut. Ia menegaskan, “Personal meaning” menjadi hal penting yang menggerakkan individu untuk mencapai prestasi.
Menurutnya, meaningfulness atau kebermaknaan dalam hidup berhubungan dengan: Self Esteem yang tinggi dan perilaku yang murah hati terhadap orang lain.
Sebaliknya, meaningless atau ketiadaan makna dalam hidup berpasangan dengan ketidakpedulian, sikap nge-less atau melepaskan diri (diengagement).
Seseorang yang menjalani hidup dengan penuh kesadaran, memahami bahwa yang paling dirindukan oleh jiwa adalah menemukan makna hidup.
Para Ilmuwan merindu dan mencarinya ke dalam dunia ilmu pengetahuan. Para filosof merindu dan mencarinya ke dalam filsafat. Para guru atau pendidik merindu dan mencarinya ke dunia pendidikan, bahkan para karyawan dan para pekerja bangunan merindu dan mencarinya ke dalam pekerjaan mereka… Seperti halnya Santiago sang penggembala dalam buku The Alchemist yang merindu dan mencari makna hidupnya ke dalam domba-domba, kastil-kastil dan padang-padang rumput.
Apapun minat, bakat, serta bidang pekerjaannya, kita berada dalam “arus kecenderungan” yang sama, yaitu menemukan makna hidup! Kenyataan itu sekaligus menjelaskan, bahwa kedatangan jiwa ke dunia ini adalah untuk mencapai satu tujuan, yaitu menyadari dan memahami makna kehidupan. Setiap jiwa, berjuang untuk mencapai tujuan itu, baik secara material maupun spiritual, dengan jalan yang berbeda-beda.
Setiap individu dibekali kemampuan untuk melawan lingkungan luar yang sulit, serta untuk menahan dorongan fisik maupun psikologis agar dapat memasuki level baru dalam eksistensi diri, yaitu “meaning“ atau makna; yang membuat kehidupan individu itu menjadi signifikan dan bernilai.
Dalam bukunya “Man’s Search For Meaning”, Frankl menyebutkan tiga asumsi:
  1. kehidupan memiliki meaning/makna yang sangat luas, bahkan pada situasi yang paling menyakitkan atau tidak ada harapan.
  2. Sebenarnya sejak lahir kita semua dilengkapi “will to meaning” yang tidak mengejar kekuasaan atau kesenangan, melainkan untuk menemukan makna dan tujuan hidup, motivation for living, kehendak untuk hidup bermakna.
  3. Frankl percaya bahwa setiap orang memiliki kebebasan untuk menemukan personal meaning (makna hidup pribadi) dalam berbagai situasi, entah melalui aktivitas, pengalaman atau melalui sikap yang bermakna.
(Ditulis oleh: Andi Odang, CEO CRadio)
8:52 PM   Posted by My Science in with No comments

0 komentar:

Post a Comment

Search