Manusia
lahir ke dunia dilengkapi dengan seperangkat kemampuan internal, yakni rasa
ingin tahu (curiousty) tentang sesuatu. Setelah sesuatu itu diperoleh, dengan
akalnya manusia dapat memilah-milah sesuatu dengan jenis dari sesuatu itu. Kalau
diatas meja ada beberapa jenis benda yang diacak dalam menempatkan, dan manusia
diperintahkan untuk mengumpulkan benda itu sesuai jenisnya, maka manusia mampu
melakukan. Hal ini tidak mungkin dilakukan oleh makhluk Allah lainnya,
binatang, jin dan malaikat. Akal sebagai titik pembeda yang fundamental antara
manusia dengan lainnya. Dengan akal, manusia dapat melakukan observasi,
penyelidikan, penelitian dan eksperimen untuk menemukan kebenaran, yang
kemudian kebenaran ini terus dikembangkan menjadi teori. Manusia yang beriman
tidak cukup hanya mengandalkan kebenaran dari proses pencarian dengan akal
semata. Wahyu merupakan firman-firman Allah yang memberikan arah kerja akal,
agar tidak terjebak pada penuhanan terhadap kemampuan kerja akal.
Tulisan
ini akan membahas persoalan pentingnya ilmu pengetahuan, maka diawali dari
pengertian ilmu, ilmu pengetahuan kdalam perspektif Al-Quran dan Al-Sunnah,
kedudukan orang yang berilmu, dan pentingnya menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Pengertian Ilmu Pengetahuan
Dalam
bahasa indonesia terdapat beberapa istilah yang menyangkut masalah ilmu. Paling
tidak ada empat istilah, yakni; ilmu, pengetahuan, ilmu pengetahuan, dan sains.
Istilah ilmu berbeda dengan pengetahuan terutama dari metode untuk
mendapatkannya. Istilah ilmu pengetahuan merupakan penggabungan dua kata yang
bermakna pengetahuan ilmiah.
Istilah
ilmu merupakan terjemahan dari bahasa inggris science yang berasal dari bahasa
Latin scientia yang diturunkan dari kata scire, yang berarti mengetahui (to
know) dan belajar (to learn), maka ilmu dapat berarti usaha untuk mengetahui
atau mempelajari sesuatu yang bersifat empiris dan melalui suatu cara tertentu.
Dilihat dari segi maknanya, pengertian ilmu menurut The Liang Gie,
sekurang-kurangnya mengandung tiga hal yakni: (1) pengetahuan; (2) Aktivitas;
(3) metode. Kalangan ilmuwan sendiri, juga ada kesepakatan, bahwa ilmu terdiri
atas pengetahuan, sebagaimana yang dikemukakan oleh seldon J.Lechman dalam
bukunya The Foundation of Science, yakni:
“Science refers primarily to those systematically
organized bodies of accumulated knowledge concerning the universe which have
been derived exclusively through techiques of objective observation. The
content of science, then, consist of organized bodies of data.”
“Ilmu menunjuk pertama-tama pada kumpulan-kumpulan yang
disusun secara sistematis dari pengetahuan yang dihimpun tentang alam semesta
yang melulu diperoleh melalui teknik-teknik pengamatan yang obyektif. Dengan
demikian, maka isi ilmu terdiri dari kumpulan-kumpulan teratur dari data”
Ilmu
merupakan pengetahuan yang mempunyai karakteristik tersendiri. Pengetahuan
(knowledge) mempunyai cabang pengetahuan, dan ilmu (science) merupakan salah
satu dari cabang pengetahuan, dan ilmu (science) merupakan salah satu dari
cabang pengetahuan lainnya. Atau dengan kata lain, karakteristik keilmuan menjadikan
ilmu merupakan suatu pengetahuan yang bersifat ilmiah. Dengan demikian, maka
sinonim dari ilmu adalah pengetahuan ilmiah (scienfic knowledge)
Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif
Al-Qur’an dan al-sunnah
Salah
satu ciri yang membedakan islam dengan yang lainnya adalah penekanannya
terhadap masalah ilmu. Al-Qur’an dan Al-sunnah mengajak kaum muslimin untuk
mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-orang yang
berpengetahuan pada derajat yang tinggi. Wahyu yang pertama kali turun bukan
mewajibkan kepada manusia untuk shalat, puasa, zakat dan haji, melainkan untuk
membaca, sebagaiman yang tertera dalam Q.S al-alaq:1-5 dibawah ini:
“Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang menciptakan; Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah;
Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha mulia; yang mengajar (manusia) dengan pena;
Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Hal
ini bisa di pahami apabila dihubungkan dengan kondisi sosio politik yang
terdapat pada masyarakat zaman itu yang terkungkung oleh kejahiliyahan. Padahal
salah satu tugas Muhammad SAW adalah mengentaskan kejahiliyahan menjadi
keberadaban. Untuk itu yang dilakukan oleh Muhammad SAW adalah merubah
paradigma hidup menjadi tawhid (menguasai keesaan Tuhan) dan dengan ilmu
pengetahuan. Kekurangan ilmu yang benar dapat menggiring manusia untuk berlaku
sombong kepada Allah (Q.S. Al-An’am/ 6:108) bahkan menyembah tuhan selain Allah
(Q.S. al-Hajj/ 22:71). Iqra’ adalah perintah untuk membaca, padahal membaca
adalah pintu pertama dibukakannya ilmu pengetahuan. Orang yang membaca adalah
orang yang mengamalkan ayat tersebut sekaligus menjadi orang yang menjadai
insya Allah Pandai. Kata iqra’ disebutkan enam kali dalam Al-Qur’an yang
tersebar dalam empat surat, yakni Q.S. Al-Isra’/ 17:14, al-Alaq/ 96:1 dan 3,
al-Haqqah/ 69:19, al-Muzammil/73:20 (dua kali disebutkan)
“Bacalah
kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu.”
(Q.S. al-isra’/ 17:14)
“Adapun
orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah hanannya, maka dia
berkata: Ambillah, bacalah kitabku (ini)” (Q.S. Al-Haqqah/69:19)
Dari
ayat dan beberapa hadis yang telah diungkapkan diatas, maka islam menempatkan ilmu
dalam posisi sentral. Hal ini sangatlah logis, karena selain dapat ilmu semakin
mendekatkan diri kepada Allah, juga dapat dijadikan tolak ukur kemajuan
seseorang, masyarakat dan bangsa. Dari sinilah sesungguhnya pentingnya ilmu
pengetahuan bagi kehidupan manusia. Lantas ilmu yang macam apa yang harus
dicari? Menurut Mahdi Ghulsyani dalam bukunya yang berjudul The Holy Qur’an and
the Science of Natural tahun 1996 memberikan jawaban kongkrit, bahwa ilmu yang
haus dicari atau dipelajari adalah:
a.
Ilmu yang dapat
meningkatkan pengetahuaannya akan Allah
b.
Ilmu yang
efektif dapat membantu mengembangkan masyarakat islam dan merealisasikan
tujuan-tujuannya.
c.
Ilmu yang dapat
membimbing orang lain ke jalan yang benar.
d.
Ilmu yang dapat
memecahkan berbagai problem masyarakat.
Kedudukan Orang Yang Beriman
Al-Qur’an
dengan jelas mengatakan bahwa tidaklah sama orang yang berilmu dengan orang
yang tidak berilmu.
“Katakanlah: Adakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”
(Q.S. Al-zumar, 39:9)
“niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”
(Q.S. al-Mujadillah, 58:11)
Dari
dua ayat di atas, jelaslah bahwa orang yang berilmu menduduki tingkat terhormat
dalam islam.
Pentingya Menguasai Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
Sungguh
telah jelas bahwa negara-negara Islam tidak hanya yang masuk dalam kelompok
negara maju, walaupun negara-negara islam itu adalah negara kaya raya. Tidak
ada yang meragukan kekayaan negara kuwait, Arab Suadi, dan Brunai Darussalam,
namun negara-negara ini bukan negara maju. Kemajuan suatu negara ditentukan
oleh penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, berarti memiliki
Sumber Daya Manusia yang unggul. Oleh karena itu, umat islam harus bekerja
keras mengejar ketertinggalannya dalam bidang iptek. Kalau dilakukan
penelusuran secara seksama, paling tidak ditemukan tujuh i’tibar dalam bidang
iptek yang terdapat dalam Al-Qur’an, yaitu:
a. Penggalian
lubang di tanah, menguburkan mayat dan menimbuninya, seperti yang dipelajari
Qabil dari perbuatan gagak, setealah ia membunuh saudara kandungnya, si Habil
(Q.S. al-Maidah, 5:30-31)
b.
Pembuatan,
melayarkan dan melabuhkan kapal oleh nabi nuh a.s. pada masa menjelang waktu
air bah datang, sehingga terjadi banjir besar. Nabi nuh dan umatnya yang setia
selamat dari banjir tersebut. (Q.S. Hud, 11:36-44)
c. Menyucikan,
meninggikan pondasi, dan membangun Baitullah oleh Nabi Ibrahim a.s., dibantu
oleh ismail (Q.S. al-Baqarah, 2:124-132)
d.
Pengelolaan
sumber daya alam dan hasil bumi oleh Nabi Yusuf (Q.S. Yusuf, 12:55-56)
e. Pelunakan besi
dan pembuatan baju besi, serta pengendalian dan pemanfaatan bukit-bukit dan
burung-burung oleh Nabi Daud (Q.S. al-Anbiya’, 21:80 dan saba’, 34: 10-11)
f. Komunikasi
dengan burung semut dan jin, pemanfaatan tenaga angin untuk transportasi,
pemanfaatan tenaga burung untuk komunikasi, mata-mata untuk tentara, pemanfaatan
tenaga jin untuk tentara, penyelam laut, membangun konstruksi bangunan, patung,
kolam dan pencairan tembaga oleh Nabi Sulaiman (Q.S. al-Anbiya, 21:81-82,
al-Nam, 27:15-28, 34: 12-13, dan Shad, 38:34-40)
g. Penyembuhan
orang buta, berpenyakit lepra, dan telepati oleh Nabi Isa a.s. (Q.S. Ali imran
dan Al-Maidah, 4:110).
Beberapa
informasi Qur’an itu, mestinya iptek bukanlah hal yang asing bagi umat islam.
Karena peristiwa sejarah masa lalu itu tetap memiliki nilai kegunaan yang
tinggi bagi umat sesudahnya. Sejarah bukan suatu peristiwa statis yang hanya
dinikmati, dirasakan dan diambil oleh pelaku dan masyarakat pada zamannya,
melainkan sejarah sesuatu yang dinamis, yang dapat diambil hikmah dan nilai.
Maka sejarah itu harus dihadirkan, direfleksikan ke masa kini dan masa depan.
Selain
itu, dalam ayat-ayat yang lain sebagaimana banyak disinggung pada pembahasan di
awal, ditemukan ayat-ayat yang mendorong manusia untuk menguasai iptek. Karena
bagaimanapun juga, iptek sangat dibutuhkan dalam memajukan kehidupan manusia.
Iptek akan terus berkembang seirama tingkat daya intelektualitas manusia dalam
merespon dan meramalkan kemungkinan atau kecenderungan kehidupan manusia masa
depan.
Terima kasih....
ReplyDelete