Wacana Keilmuan dan Keislaman
  • Civic Diary: Your IQ Is Not Everything

    Lewat bukunya Outliers, Malcolm Gladwell meneliti rahasia di balik orang-orang sukses. Menurut Gladwell, orang-orang berprestasi luar biasa alias outlier tidak muncul tiba-tiba. Modalnya juga bukan cuma IQ, bakat, ataupun kemampuan pribadi.
    Untuk menjadi outlier, mereka butuh dukungan lingkungan, mampu melihat dan memaksimalkan peluang, dan yang utama adalah kemauan untuk terus menempa diri.

  • Cerita Seorang Ibu yang Mengajari Arti Dari Sebuah Kesabaran Dan Kegigihan

    Di acara Watkins Annual Gathering, ia mempersembahkan penghargaan itu untuk kedua orangtuanya, “Saya senang menjadi penjual. Ayah saya dulunya juga seorang penjual; dan ibu saya mengajari kesabaran dan kegigihan. Dia takkan membiarkan saya menyerah.”

  • Pentingnya Ilmu Pengetahuan dalam Islam

    Manusia lahir ke dunia dilengkapi dengan seperangkat kemampuan internal, yakni rasa ingin tahu (curiousty) tentang sesuatu. Setelah sesuatu itu diperoleh, dengan akalnya manusia dapat memilah-milah sesuatu dengan jenis dari sesuatu itu.
    Dengan akal, manusia dapat melakukan observasi, penyelidikan, penelitian dan eksperimen untuk menemukan kebenaran, yang kemudian kebenaran ini terus dikembangkan menjadi teori.

Sunday, November 1, 2015


Di dalam kamus purwodarminto diterangkan bahwa menuntut ilmu berarti belajar, sedangkan pengertian belajar menurut para ahli pendidikan dapat disimpulkan sebagai “Suatu proses yang menimbulkan kelakuan baru atau mengubah kelakuan yang lam sehingga orang lebih mampu menghadapi berbagai situasi di dalam hidupnya.”
Ilmu secara garis besar dibagi menjadi dua, diantaranya yaitu:

  • Ilmu Allah yang mencakup segala sesuatu yang dapat disaksikan oleh indra manusia maupun yang ghaib (yang dapat diketahui melalui wahyu.
  • ilmu manusia yang mencakup segala pengetahuan yang dapat dijangkau oleh manusia melalui indra dan intuisi.
Kedudukan ilmu dalam pandangan ajaran Islam 
- Islam menjunjung tinggi dan ilmu pengetahuan al-Mujadalah ayat 11 dan artinya:


"Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majilis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meniggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan."

- Islam mewajibkan umatnya untuk senantiasa menuntut ilmu

"Rasulullah bersabda, mencari ilmu itu wajib hukumnya bagi setiap orang islam (HR.Bukhori)

- Islam menyuruh umatnya untuk mengajarkan ilmunya kepada orang lain.

"Rasulullah bersabda, sampaikanlah apa yang datang dariKu kepada orang lain meski hanya satu ayat." (HR. Bukhari)

- Islam mendorong umatnya untuk senantiasa menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal." (Q.S. Ali Imran:190)

- Islam mewajibkan umatnya menuntut ilmu untuk memperkokoh imannya

"Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al-Qur'an itulah yang hak dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya, dan sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. 

- Islam mewajibkan umatnya menuntut ilmu agar dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."


Dasar Kewajiban Menuntut Ilmu

Muhammad ibn Syaikh Al-Usaimin telah mengemukakan beberapa keutamaan ilmu sebagai berikut:
  • Ilmu dapat mengatarkan pemiliknya menjadi saksi atas kebenaran dan keesaan Allah.
  • Ilmu adalah cahaya yang menerangi kehidupan hamba sehingga dia tahu bagaimana beribadah kepada Allah dan berhubungan dengan sesama.
  • Ilmu merupakan pertanda kebaikan seseorang untuk mencapai kebahagiaan didunia dan akhirat.
Islam melalui Al-Qur'an  dan al-hadits telah mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu, diantaranya adalah: 
  • Qur'an Surat Al-Mujadilah/ 58:11
  • Qur'an Surat al-Taubah/ 9: 122

 
4:03 PM   Posted by My Science in with No comments
Read More

Setiap manusia muslim pasti menginginkan survive hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Modal utama untuk dapat survive dalam kehidupan di dua alam tersebut adalah ilmu, hal itu sebagaimana tersuara dalam sabda Rasulullah SAW, yaitu:

“Barangsiapa menghendaki kebahagiaan di dunia, maka ia harus berilmu; barangsiapa menghendaki kebahagiaan di akhirat, maka ia harus berilmu; dan barangsiapa menghendaki kebahagiaan pada keduanya, maka ia harus berilmu”. (HR. Thabrani)

Dengan memiliki ilmu pula seseorang dapat mencapai derajat sebagai ulul albab, yaitu orang-orang yang dapat memikirkan dan meneliti keagungan Allah melalui ayat-ayat qauliyah yang terdapat dalam Kitab Suci Al-Qur’an dan ayat-ayat kauniyah ( tanda-tanda kekuasaan Allah) yang terdapat di alam semesta. Mereka menjadi ilmuwan dan intelektual, tetapi mereka rajin berdzikir dan beribadah kepada Allah SWT sebagaiman firman-Nya:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”
(Q.S. Ali Imran,3: 190-191)

Untuk mencapai derajat ilmuwan dan intelektual tersebut, kita dituntunkan untuk berusaha meraihnya, kapanpun, dimanapun, dan sampai manapun, sebagaimana pesan gambaran Rasulullah SAW berikut:

“Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya menuju surga, dan selama suatu kaum berkumpul dalam sebuah rumah di antara rumah-rumah Allah, dimana di antara mereka membaca kitab Allah dan mempelajarinya maka Malaikat merendahkan sayapnya yang mendatangkan ketenangan di atas mereka.
(HR. Ibnu Majah)

Tujuan Menuntut Ilmu

Ada beberapa tujuan dalam menuntut ilmu. Tujuan yang utama adalah untuk meningkatkan keimanan pada dirinya. Hal itu sebagaimana tersirat dalam ayat berikut:

“Dan agar dia mengetahui bahwa orang-orang yang telah diberi ilmu meyakini bahwasanya Al-Qur’an itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan Tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.”
(Q.S. Al-Hajj, 22:54)

Namun demikian tidak sedikit orang yang menuntut ilmu hanya untuk kepentingan pragmatis semata, yaitu untuk memperoleh nilai, serifikat atau ijazah, yang dengan hal itu dapat memperoleh pekerjaan yang layak, dan akhirnya dapat gaji yang layak pula. Padahal dalam konsep islam, menuntut ilmu harus diniati lillahi ta’ala dan untuk memperoleh ridha Allah semata. Nilai, sertifikat, ijazah dan pekerjaan hanya sebagai side effect yang dilakukan seseorang dan hal itu juga telah dijanjikan Allah dalam ayat berikut:

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Q.S. Al-Mujadilah, 58:11)


Syarat Menuntut Ilmu

Suatu saat Imam Syafi’i menceritakan keluhnya pada seorang gurunya dengan ungkapan:

“Saya mengeluh pada seorang guruyang bernama Waki’ tentang jeleknya hafalan/ kesulitan menghafal, kemudian ia meberi petunjuk kepada saya untuk meninggalkan perbuatan maksiyat, dan ia juga memberitahu saya bahwa ilmu itu adalah cahaya, dan cahaya Allah itu tidak akan dipancarkan pada orang yang berbuat maksiyat.”

Sebagai seorang murid/mahasiswa/pembelajar harus memiliki sifat-sifat ilmuwa, yaitu kritis, terbuka menerima kebenaran dari manapun datangnya, serta senantiasa menggunakan daya nalar (Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2001:41), sebagaimana pesan-pesan Allah berikut:

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Q.S. Al-Isra’ 17:36)

“Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik dianataranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-oramg yang mempunyai akal.” (Q.S. Az-Zumar, 39:18)

Disamping itu, agar dapat belajar dengan maksimal, setiap orang harus menghadirkan atau melibatkan empat unsur yang ada didalam dirinya selama belajar, yaitu unsur fisik/jasmani, unsur akal/fikiran, unsur qolbu/hati nurani, dan unsur ruh. Jika salah satu dari empat unsur tersebut tidak secara optimal dihadirkan akan mempengaruhi kualitas dalam belajar, dimana belajarnya juga tidak akan optimal.


Etika Selama Menuntut Ilmu
Imam Al-Ghazali dalam kitab ihya ‘ulumuddin menjelaskan bahwa orang yang sedang menuntut ilmu perlu memperhatikan beberapa hal berikut:
a.  Mendahulukan kebersiah jiwa, hal ini dimaksudkan agar ia dimudahkan oleh Allah untuk memenuhi dan mengamalkan ilmu yang diperolehnya.
b.  Mengurangi kesenangan duniawi dan (apabila perlu) menjauh dari tempat tinggalnya hingga hatinya terpusat untuk ilmu.
c.  Tidak sombong dalam menuntut ilmu dan tidak membangkang kepada guru/dosen, tetapi memberinya kebebasan dalam mengajar
d.     Menghindar dari mendengarkan perselisihan-perselisihan di antara sesama manusia, karena hal itu akan menimbulkan kebingungan.
e.   Tidak menolak suatu bidang ilmu yang terpuji, melainkan ia menekuninya hingga mengetahui maksudnya.

Luqman al-Hakim juga pernah menasehati anaknya: “ Hai anakku, bergaullah dengan ulama’ (orang yang berilmu) itu, dan dengarkanlah perkataan ahli hikmat, karena sesungguhnya Allah menghidupkan hati yang mati itu dengan cahaya hikmah (ilmu), sebagaimana Allah menghidupkan bumi yang mati dengan air hujan yang lebat.” Heri Jauhari Muchtar (2005:160-161), memerinci tentang bentuk-bentuk menghormati atau memuliakan guru/dosen/ pendidik antara lain:
a.       Mengucapkan salam apabila bertemu dengannya.
b.      Bertutur kata dan bersikap yang sopan apabila berahadapan dengannya.
c.   Mendengarkan, memperhatikan, dan menyimak semua perkataan atau penjelasannya ketika mereka mengajar atau berbicara dengan kita.
d.      Mengerjakan semua tugas yang diberikan dengan baik, tepat waktu dan sungguh-sungguh.

e.       Mengamalkan ilmu yang telah didapat dengan benar.
4:01 PM   Posted by My Science in with No comments
Read More

Manusia lahir ke dunia dilengkapi dengan seperangkat kemampuan internal, yakni rasa ingin tahu (curiousty) tentang sesuatu. Setelah sesuatu itu diperoleh, dengan akalnya manusia dapat memilah-milah sesuatu dengan jenis dari sesuatu itu. Kalau diatas meja ada beberapa jenis benda yang diacak dalam menempatkan, dan manusia diperintahkan untuk mengumpulkan benda itu sesuai jenisnya, maka manusia mampu melakukan. Hal ini tidak mungkin dilakukan oleh makhluk Allah lainnya, binatang, jin dan malaikat. Akal sebagai titik pembeda yang fundamental antara manusia dengan lainnya. Dengan akal, manusia dapat melakukan observasi, penyelidikan, penelitian dan eksperimen untuk menemukan kebenaran, yang kemudian kebenaran ini terus dikembangkan menjadi teori. Manusia yang beriman tidak cukup hanya mengandalkan kebenaran dari proses pencarian dengan akal semata. Wahyu merupakan firman-firman Allah yang memberikan arah kerja akal, agar tidak terjebak pada penuhanan terhadap kemampuan kerja akal.
Tulisan ini akan membahas persoalan pentingnya ilmu pengetahuan, maka diawali dari pengertian ilmu, ilmu pengetahuan kdalam perspektif Al-Quran dan Al-Sunnah, kedudukan orang yang berilmu, dan pentingnya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.


Pengertian Ilmu Pengetahuan

Dalam bahasa indonesia terdapat beberapa istilah yang menyangkut masalah ilmu. Paling tidak ada empat istilah, yakni; ilmu, pengetahuan, ilmu pengetahuan, dan sains. Istilah ilmu berbeda dengan pengetahuan terutama dari metode untuk mendapatkannya. Istilah ilmu pengetahuan merupakan penggabungan dua kata yang bermakna pengetahuan ilmiah.
Istilah ilmu merupakan terjemahan dari bahasa inggris science yang berasal dari bahasa Latin scientia yang diturunkan dari kata scire, yang berarti mengetahui (to know) dan belajar (to learn), maka ilmu dapat berarti usaha untuk mengetahui atau mempelajari sesuatu yang bersifat empiris dan melalui suatu cara tertentu. Dilihat dari segi maknanya, pengertian ilmu menurut The Liang Gie, sekurang-kurangnya mengandung tiga hal yakni: (1) pengetahuan; (2) Aktivitas; (3) metode. Kalangan ilmuwan sendiri, juga ada kesepakatan, bahwa ilmu terdiri atas pengetahuan, sebagaimana yang dikemukakan oleh seldon J.Lechman dalam bukunya The Foundation of Science, yakni:

“Science refers primarily to those systematically organized bodies of accumulated knowledge concerning the universe which have been derived exclusively through techiques of objective observation. The content of science, then, consist of organized bodies of data.”

“Ilmu menunjuk pertama-tama pada kumpulan-kumpulan yang disusun secara sistematis dari pengetahuan yang dihimpun tentang alam semesta yang melulu diperoleh melalui teknik-teknik pengamatan yang obyektif. Dengan demikian, maka isi ilmu terdiri dari kumpulan-kumpulan teratur dari data”

Ilmu merupakan pengetahuan yang mempunyai karakteristik tersendiri. Pengetahuan (knowledge) mempunyai cabang pengetahuan, dan ilmu (science) merupakan salah satu dari cabang pengetahuan, dan ilmu (science) merupakan salah satu dari cabang pengetahuan lainnya. Atau dengan kata lain, karakteristik keilmuan menjadikan ilmu merupakan suatu pengetahuan yang bersifat ilmiah. Dengan demikian, maka sinonim dari ilmu adalah pengetahuan ilmiah (scienfic knowledge)



Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Al-Qur’an dan al-sunnah
Salah satu ciri yang membedakan islam dengan yang lainnya adalah penekanannya terhadap masalah ilmu. Al-Qur’an dan Al-sunnah mengajak kaum muslimin untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi. Wahyu yang pertama kali turun bukan mewajibkan kepada manusia untuk shalat, puasa, zakat dan haji, melainkan untuk membaca, sebagaiman yang tertera dalam Q.S al-alaq:1-5 dibawah ini:

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan; Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah; Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha mulia; yang mengajar (manusia) dengan pena; Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Hal ini bisa di pahami apabila dihubungkan dengan kondisi sosio politik yang terdapat pada masyarakat zaman itu yang terkungkung oleh kejahiliyahan. Padahal salah satu tugas Muhammad SAW adalah mengentaskan kejahiliyahan menjadi keberadaban. Untuk itu yang dilakukan oleh Muhammad SAW adalah merubah paradigma hidup menjadi tawhid (menguasai keesaan Tuhan) dan dengan ilmu pengetahuan. Kekurangan ilmu yang benar dapat menggiring manusia untuk berlaku sombong kepada Allah (Q.S. Al-An’am/ 6:108) bahkan menyembah tuhan selain Allah (Q.S. al-Hajj/ 22:71). Iqra’ adalah perintah untuk membaca, padahal membaca adalah pintu pertama dibukakannya ilmu pengetahuan. Orang yang membaca adalah orang yang mengamalkan ayat tersebut sekaligus menjadi orang yang menjadai insya Allah Pandai. Kata iqra’ disebutkan enam kali dalam Al-Qur’an yang tersebar dalam empat surat, yakni Q.S. Al-Isra’/ 17:14, al-Alaq/ 96:1 dan 3, al-Haqqah/ 69:19, al-Muzammil/73:20 (dua kali disebutkan)

“Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu.” (Q.S. al-isra’/ 17:14)

“Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah hanannya, maka dia berkata: Ambillah, bacalah kitabku (ini)” (Q.S. Al-Haqqah/69:19)

Dari ayat dan beberapa hadis yang telah diungkapkan diatas, maka islam menempatkan ilmu dalam posisi sentral. Hal ini sangatlah logis, karena selain dapat ilmu semakin mendekatkan diri kepada Allah, juga dapat dijadikan tolak ukur kemajuan seseorang, masyarakat dan bangsa. Dari sinilah sesungguhnya pentingnya ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia. Lantas ilmu yang macam apa yang harus dicari? Menurut Mahdi Ghulsyani dalam bukunya yang berjudul The Holy Qur’an and the Science of Natural tahun 1996 memberikan jawaban kongkrit, bahwa ilmu yang haus dicari atau dipelajari adalah:
a.       Ilmu yang dapat meningkatkan pengetahuaannya akan Allah
b.      Ilmu yang efektif dapat membantu mengembangkan masyarakat islam dan merealisasikan tujuan-tujuannya.
c.       Ilmu yang dapat membimbing orang lain ke jalan yang benar.
d.      Ilmu yang dapat memecahkan berbagai problem masyarakat.


Kedudukan Orang Yang Beriman
Al-Qur’an dengan jelas mengatakan bahwa tidaklah sama orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu.

“Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”
(Q.S. Al-zumar, 39:9)

“niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Q.S. al-Mujadillah, 58:11)

Dari dua ayat di atas, jelaslah bahwa orang yang berilmu menduduki tingkat terhormat dalam islam.


Pentingya Menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Sungguh telah jelas bahwa negara-negara Islam tidak hanya yang masuk dalam kelompok negara maju, walaupun negara-negara islam itu adalah negara kaya raya. Tidak ada yang meragukan kekayaan negara kuwait, Arab Suadi, dan Brunai Darussalam, namun negara-negara ini bukan negara maju. Kemajuan suatu negara ditentukan oleh penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, berarti memiliki Sumber Daya Manusia yang unggul. Oleh karena itu, umat islam harus bekerja keras mengejar ketertinggalannya dalam bidang iptek. Kalau dilakukan penelusuran secara seksama, paling tidak ditemukan tujuh i’tibar dalam bidang iptek yang terdapat dalam Al-Qur’an, yaitu:
a.      Penggalian lubang di tanah, menguburkan mayat dan menimbuninya, seperti yang dipelajari Qabil dari perbuatan gagak, setealah ia membunuh saudara kandungnya, si Habil (Q.S. al-Maidah, 5:30-31)
b.      Pembuatan, melayarkan dan melabuhkan kapal oleh nabi nuh a.s. pada masa menjelang waktu air bah datang, sehingga terjadi banjir besar. Nabi nuh dan umatnya yang setia selamat dari banjir tersebut. (Q.S. Hud, 11:36-44)
c.   Menyucikan, meninggikan pondasi, dan membangun Baitullah oleh Nabi Ibrahim a.s., dibantu oleh ismail (Q.S. al-Baqarah, 2:124-132)
d.      Pengelolaan sumber daya alam dan hasil bumi oleh Nabi Yusuf (Q.S. Yusuf, 12:55-56)
e.   Pelunakan besi dan pembuatan baju besi, serta pengendalian dan pemanfaatan bukit-bukit dan burung-burung oleh Nabi Daud (Q.S. al-Anbiya’, 21:80 dan saba’, 34: 10-11)
f.  Komunikasi dengan burung semut dan jin, pemanfaatan tenaga angin untuk transportasi, pemanfaatan tenaga burung untuk komunikasi, mata-mata untuk tentara, pemanfaatan tenaga jin untuk tentara, penyelam laut, membangun konstruksi bangunan, patung, kolam dan pencairan tembaga oleh Nabi Sulaiman (Q.S. al-Anbiya, 21:81-82, al-Nam, 27:15-28, 34: 12-13, dan Shad, 38:34-40)
g.    Penyembuhan orang buta, berpenyakit lepra, dan telepati oleh Nabi Isa a.s. (Q.S. Ali imran dan Al-Maidah, 4:110).

Beberapa informasi Qur’an itu, mestinya iptek bukanlah hal yang asing bagi umat islam. Karena peristiwa sejarah masa lalu itu tetap memiliki nilai kegunaan yang tinggi bagi umat sesudahnya. Sejarah bukan suatu peristiwa statis yang hanya dinikmati, dirasakan dan diambil oleh pelaku dan masyarakat pada zamannya, melainkan sejarah sesuatu yang dinamis, yang dapat diambil hikmah dan nilai. Maka sejarah itu harus dihadirkan, direfleksikan ke masa kini dan masa depan.

Selain itu, dalam ayat-ayat yang lain sebagaimana banyak disinggung pada pembahasan di awal, ditemukan ayat-ayat yang mendorong manusia untuk menguasai iptek. Karena bagaimanapun juga, iptek sangat dibutuhkan dalam memajukan kehidupan manusia. Iptek akan terus berkembang seirama tingkat daya intelektualitas manusia dalam merespon dan meramalkan kemungkinan atau kecenderungan kehidupan manusia masa depan.


3:52 PM   Posted by My Science in with 1 comment
Read More
Setiap manusia di dalam kehidupan sehari-harinya tentu pernah mengalami kegagalan atau ketidaksesuaian kenyataan yang dihadapi dengan harapan sebelumnya. Kondisi ini dapat mengarahkan dia ke situasi yang tidak nyaman, yang membuat dirinya sedih, cemas, dan ragu-ragu atau bingung. Kondisi ini adalah salah satu ciri adanya gangguan psikis, yang mana di bidang psikologis diantaranya dikenal sebagai kondisi stress. Stress di dalam istilah bahasa asing dikenal dengan stress, diartikan oleh seorang psikolog perkembangan JW Santrock (2000) sebagai respon individu terhadap situasi dan peristiwa yang dianggap mengancam. Ahli lain, Magill (1996) juga menyatakan bahwa stress merupakan reaksi adaptif individu terhadap situasi yang dipersepsikan sebagai ancaman. Situasi mengancam ini menjadi situasi yang sulit diatasi oleh individu yang bersangkutan. Seringkali membutuhkan waktu lama dan bahkan tidak jarang gagal mengatasinya., sehingga pada tahap berikutnya ia mengalami kesulitan dalam bekerja maupun melakukan aktivitas keseharian lainnya.  
Islam mengenalkan stress di dalam kehidupan ini sebagai cobaan. Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah (2) ayat 155.

“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (Q.S. Al-Baqarah,2: 155).

Datangnya cobaan kepada diri kita inilah yang akan dirasakan sebagai stres (tekanan) dalam diri, atau disebut juga sebagai beban. Banyak contoh dalam keseharian kita bentuk-bentuk cobaan ini, misalnya kematian, sakit, dan kehilangan. Bukan hanya kondisi yang buruk menjadi cobaan, namun kekayaan, anak, kepandaian, dan jabatan juga menjadi cobaan bagi manusia. Surat Al-Baqarah ayat 10 menyatakan kondisi stress dan gangguan psikologis yang mengikuti manusia sebagai penyakit hati.

“dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta” (Q.S. Al-Baqarah, 2:10)

Penyakit hati ini diartikan sebagai sifat kedengkian, iri hati, dan dendam terhadap orang lain.sifat dan perasaan ini yang menjadikan seseorang senantiasa merasa terancam oleh sesuatu yang sesungguhnya dapat dihindari. Situasi atau peristiwa yang memunculkan stres disebut sebagai stressor atau sumber stres.


Penyebab Stres
Stressor sebagai pemicu stress jenisnya bervariasi antar individu. Stressor yang sama belum tentu memiliki pengaruh stress yang sama bagi orang yang berbeda, sehingga kemampuan mengatasi satu kondisi yang sama juga berbeda antara satu orang dengan orang lainnya (Wallace, 2007). Hal ini dipengaruhi oleh karakteristik stressor dan persepsi seta toleransi individu terhadap stressor (bucker, 1991).  Hal yang sama diuraikan oleh Bucker (1991) dan Wallace (2007) bahwa ada beberapa macam jenis stressor, yaitu:
(1)   Kematian
Meninggalnya seseorang yang dekat akan menimbulkan rasa kehilangan yang dalam, misalnya kematian pasangan hidup, anak, dan orang tua. Kehilangan ini menjadi awal dari perasaan terancam, yang terkait dengan kehidupannya kelak. Stres yang muncul dapat mengarahkan individu pada kesedihan yang tinggi. Apalagi kalau inividu tersebut terbiasa hidup manja dan tidak pernah bekerja keras.
(2)   Perceraian
Sebagaiman kematian, perceraian juga memunculkan ketakutan terhadap figur yang akan mendampingi atau memberikan nafkah dan perhatian kepada pasangan ataupun keluarga. Anaka akan mengalami kecemasan karena kehilangan figur pelindung orangtuanya.
(3)   Kesulitan Ekonomi
Kesulitan ekonomi yang terjadi akibat berkurangnya pendapatan akan memunculkan ketakutan terhadap pemenuhan kebutuhan hidup diri dan keluarga. Bagimana memeperoleh makan, pakaian, rumah, dan kebutuhan keluarga.
(4)   Frustasi
Kegagalan yang terjadi secara berulang-ulang ketika usaha yang dilakukan dirasakan sudah maksimal, akan menimbulkan rasa frustasi. Rasa frustasi ini akan menimbulkan ketakutan erhadap pencapaian target usaha, yang dittuntut oleh diri sendiri atau orang lain, misalnya keluarga, masyarakat, dan atasan di kantor.
(5)   Konflik
Perbedaan dan pertentangan yang berujung pada konflik dapat memunculkan ketakutan akan keberlangsungan hidupnya, mislanya konflik di keluarga dapat mengancam kelanggengan pernikahan, atau konflik di kantor akan memunculkan kekhawatiran terhadap karirnya.
(6)   Tekanan (pressure)
Tuntutan yang tinggi dari orang lain dapat menjadi sumber stress juga, misalnya atasan yang mematok target tinggi akan menimbulkan kekhawatiran tercapai atau tidaknya target tersebut. Begitupun dengan keluarga uyang terlalu tinggi tuntutannya kepada suami akan menyebabkan suami terbebani dan menjadi khawatir juga.

Secara umum, proses terjadinya stress dapat dijelaskan melaui bagan berikut:

Stressor Potensial ==> Persepsi ==> Stress atau Tanpa Stress

Stressor potensial yang muncul akan ditangkap oleh indera individu yang kemudian dimaknai melalui proses persepsi. Hasil pemaknaan ini akan memunculkan kesimpulan apakah stressor tersebut mengancam atau tidak. Apabila mengancam, maka akan terjadi stress dan sebaliknya, apabila dipersepsi sebagai bahan ancaman tidak akan terjadi stress. (Wallace, 2007)


Akibat Stress
Stress yang terjadi akan menimbulkan berbagai komplikasi gangguan, baik fisik, sosial maupun psikologis. Louis Kaplan (1996) menyebutkan bahwa stress dapat menyebabkan gangguan proses berfikir, konsentrasi berkurang, dan pengambilan keputusan terhambat. Selain itu, disebutkan oleh Cardwell (1996) bahwa akibat stress berupa efek subyektif (kelelahan, harga diri menurun), efek perilaku (nafsu makan berkurang, tidak tenang), efek fisiologis,  dan efek kognitif.
Kemampuan berpikir individu pada kondisi stress mengalami perubahan, terutama dalam konsentrasi, kemampuan memahami situasi, pengambilan keputusan dan menemukan solusi. Hal ini muncul karena emosi yang lebih dominan dan menutup peran pikiran dalam menghadapi permasalahan. Secara fisik, individu merasakan lelah dan seringkali muncul pula sakit kepala, peningkatan tekanan darah dan gejala gangguan jantung. Indikator yang nampak dari perilaku antara lain gugup, berkeringat, tidak tenang, dan napas tidak teratur. Pada individu tetentu sering ditemukan gangguan pola makan dan pola tidur, sehingga berat badan menurun dan kelelahan luar biasa. Akibat tersebut akan mengarahkan individu kepada kontak sosial yang lemah, sehingga perhatian dan kepedulian kepada lingkungan sosial menjadi hilang. Perilaku yang kemudian muncul adalah mengurung diri di rumah, tidak bersedia menerima tamu, tidak bersedia menghadiri undangan dan sebagainya.


Mengelola Stress
Stress tidak mungkin selamanya dihindari, karena ujian dan cobaan dari Allah SWT tidak dapat diatur oleh manusia. Langkah terbaik adalah menyiapkan sikap dan perilaku mengelola stres sehingga mampu menangkal akibat stres. Anjuran Allah SWT tentang menghindari dan mengelola stres sangat jelas, sebagaimana yang telah digariskan dalam surat Ali ‘imron ayat 139 yaitu:

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”
(Q.S. Ali-‘imron, 3:139)

Secara rinci, beberapa cara mengelola stress yang telah diajarkan oleh islam adala sebagai berikut (Athar, 19991; Athar, 2008; Hawari, 1997; Heru, 2006):
(1) Niat Ikhlas, upaya yang dilakukan oleh individu sesama senantiasa diliputi oleh bermacam motivasi. Motivasi inilah yang menentukan bagaimana upaya yang dilakukan dan bagaimana bila tujuan tidak tercapai. Ketenangan ini bersumber dari motif hanya karena Allah, bukan karena yang lain, sehingga kegagalan juga akan selalu dikembalikan kepada Allah SWT. Sebagaimana surat at-taubah ayat 91 berikut:

“ Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah, orang-orang yang sakit dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka naflahkan, apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada jalan sedikitpun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. at-Taubah, 9:91)

(2)   Sabar dan Shalat
Sabar dalam islam adalah mampu berpegang teguh dan mengikuti ajaran agama untuk menghadapi atau menentang dorongan hawa nafsu. Orang yang sabar akan mampu mengambil keputusan dalam menghadapi stressor yang ada. Di dalam ayat 153 yang sama allah juga menyatakan bahwa:

“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (Q.S. Al-Baqarah, 2:153)

Melalui shalat maka individu akan mampu merasakan betul kehadiran Allah SWT. Segala kepenatan fisik, masalah, beban pikiran, dan emosi yang tinggi kita tanggalkan ketika shalat secara khusyuk. Dengan demikian, shalat itu sendiri sudah menjadi obat bagi ketakutan yang muncul dari stressor yang dihadapi.

(3)   Bersyukur dan Berserah Diri (tawakkul)
Salah satu kunci dalam menghadapi stressor adalah dengan selalu bersyukur dan menerima segala pemberian Allah SWT. Allah SWT sudah mengajarkan didalam Al-Qur’an Surat Al Fatihah ayat 2 dan ayat 156:

“Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam” (Q.S al-fatihah, 1:2)
“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillahi wa innaa lillahi raaji’un” (Q.S. Al-Baqarah, 2:156)

Kedua ucapan diatas sangat familiar pada kita, dan apabila kita pahami maknanya setiap kali mengucapkannya saat menghadapi cobaan maka niscaya akan muncul kekuatan psikologis yang besar untuk mampu menghadapi musibah itu. 

(4)   Doa dan Dzikir
Sebagai insan beriman, doa dan dzikir menjadi sumber kekuatan bagi kita dalam berusaha. Adanya harapan yang tinggi disandarkan kepada Allah SWT, demikianpun apabila ada kekhawatiran terhadap suatu ancaman, maka sandaran kepada Allah SWT senantiasa melalui doa dan dzikir, perasaan menjadi lebih tenang dan khusyuk, yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan konsentrasi, dan emosi menjadi lebih terkendali. Hentakan kemarahan dan kesedihan ataupun kegembiraan yang berlebihan senantiasa dapat dikendalikan dengan baik. Sebagaimana dalam surat Ar Ra’d ayat 28:

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjad tenteram.”


 (Q.S. ar-Ra’d, 13:28)

Ketenangan hati (emosi) ini akan mengarahkan individu pada kekuatan untuk menyelesaikan masalah. Dalam bahasa yang berbeda, Wallace (2007) menyebutkan beberapa cara menghadapi stress, yaitu:
  • ·       Cognitive Restructuring, yaitu dengan mengubah cara berpikir negative menjadi positif.
  • ·       Journal writing, yaitu menuangkan apa yang dirasakan dan dipikirkan dalam jurnal atau gambar.
  • ·     Time Management, yaitu mengatur waktu secara efektif untuk mengurangi stres akibat tekanan waktu. Ada waktu dimana individu melakukan teknik relaksasi dan sharing secara efektif dengan psikolog dalam membentuk kepribadian yang kuat.
  • ·   Relaxation Technique, yaitu mengembalikan kondisi tubuh pada hemeostatis, yaitu kondisi tenang sebelum ada stressor.

Sementara Lamongtagne dkk (2007) menyebutkan beberapa hal model pengolahan stres dalam setting kelembagaan atau perusahaan, yaitu dilakukan melalui 3 tahapan:
  • ·  Tahap prevensi proaksi, yang ditujukan kepada sumber stresor yang potensial dan iklim organisasi, melalui penataan kembali jabatan/tugas, pengurangan beban kerja, dan keterampilan manajemen konflik.
  • ·     Tahap ameliorasi, yang ditujukan kepada kemampuan individu dalam menghadapi stress melalui cognitive behavior therapy (CBT), pelatihan koping, dan manajemen kemarahan.
  • Tahap reaksi, yang ditujukan untuk meredakan stres yang sudah ada melalui occupational therapy, medical intervention
3:46 PM   Posted by My Science in with No comments
Read More
Secara bahasa birrul walidayn berarti berbuat baik kepada kedua orang tua. Berbuat baik disini berarti anak melaksanakan semua kewajibannya terhadap kedua orang tuanya baik bersifat moral maupun material yang sesuai dengan ajaran islam. Berbuat baik kepada kedua orang tua merupakan amalan yang utama yang dapat mendekatkna diri kepada Allah dan juga merupakan amalan yang dicintai Allah dan akan mengantarkan pelakunya ke surga. Dalam hal ini Prof. Dr. Hamka berpendapat bahwa naluri manusia mengakui akan wajibnya birrul walidayn dan kemudian dipertegas dengan syariat samawi yang menyepakatinya.

Dasar Birrul Walidayn
Sumber pokok ajaran islam baik Al-Qur’an maupun al-hadis keduanya mencakup 3 ajaran, yaitu aqidah, ibadah dan akhlak. Salah satu contoh ajaran islam mengenai akhlak, yaitu kewajiban anak terhadap kedua orang tuanya. Berikut ini akan dikemukakan dasar-dasar birrul walidayn, yaitu: Sumber Pokok Ajaran Islam baik Al-Qur’an maupun hadits keduanya mencakup 3 ajaran, yaitu aqidah, ibadah, adan akhlak. Salah satu ajaran islam mengenai akhlak, yaitu kewajiban anak terhadap kedua orang tuanya. Berikut ini akan dikemukakan dasar-dasar birrul walidayn, yaitu:
1.      Berbuat baik kepada orang tua adalah perintah Allah
Ini merupakan perintah utama kepada manusia, sesudah perintah percaya kepada Allah sebagai dasar kehidupan. Dengan percaya kepada Allah, kalau manusia hendak menegaskan kewajiban di dunia ini, maka perintah berbakti kepada orang tua adalah perintah sesudah kepada Allah dan Rasul-Nya.

“Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu...” (Q.S. al-isra’/17: 23)

2.      Orang tua yang mengasuh dari sejak kecil hingga dewasa.
Pada pembahasan ini tidaka akan menjelaskan dasar-dasar yang mewajibkan orang tua untuk bertanggung jawab atas anak-anaknya, tetapi hanya sekedar mengingatkan kepada anak-anaknya, mulai bayi hingga dewasa, orang tualah yang bertanggung jawab atas perkembangan mereka baik jasmani, intelegensi, maupun kejiwaan.

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: wahai tuhanku kasihilah mereka keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidikku sewaktu kecil” (QS. Al-isra’/ 17:24)


Ibu lebih berhak mendapatkan penghormatan dari pada ayah
(1)   Ibu mendapatkan prioritas untuk dihormati dan dipatuhi. Rasulullah pernah bersabda:

Hadits dari Abu Hurairah, dia berkata, seorang laki-laki datang kepada Rasulullah lalu bertanya, siapakah yang paling berhak memperoleh penghormatan itu? Rasulullah menjawab ibumu, Orang itu bertanya lagi, lalu siapa? Rasulullah menjawab ibumu, orang itu bertanya lagi lalu siapa? Rasulullah menjawab ibumu, orang itu bertanya lagi, lalu siapa? Rasulullah menjawab, lalu ayahmu (HR Buhori Muslim)

(2)   Ibu lebih pantas memperoleh penghormatan istimewa dari anak dibanding dengan bapak, karena ibulah yang mengandung dan menyusuinya saat bayi. Surat Luqman ayat 14
Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

(3)   Pada umumnya emosi ibu itu lebih dekat kepada anak dibandingkan ayah.


Birrul Walidayn Saat Masih Hidup
Sebagaimana yang diterangkan diatas bahwa berbuat baik kepada kedua orang tua itu di dalam ajarang agama islam sangat dipentingkan dan ditempatkan pada urutan yang kedua setelah berbakti kepada Allah. Di bawah ini akan diuraikan hal-hal yang berkenaan dengan kewajiban anak kepada orang tua, saat mereka masih hidup, diantarany adalah:
(1) Apabila orang tua membutuhkan makanan, minuman, dan pakaian maka anak harus memenuhinya
(2) Apabila orang tua membutuhkan pengkhidmatan, maka anak harus melaksanakannya.
(3) Apabila dipanggil oleh orang tuanya, maka anak harus melaksanakannya, asal tidak bertentangan dengan ajaran islam.
(4)Apabila disuruh oleh orang tua, maka anak harus melaksanakannya, asal tidak bertentangan dengan ajaran islam.
(5)   Apabila berbicara dengan orang tua, si anak harus bersikap sopan.
(6)   Apabila memanggil orang tua, anak harus menggunakan panggilan yang menyenangkan hatinya.


Birrul Walidayn Setelah Meninggal Dunia
Tuntunan untuk berbuat baik kepada orang tua setelah mereka meninggal dunia mendasarkan pada Hadits berikut:

“Ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah, datanglah seorang laki-laki dari bani Salamah, dia bertanya kepada Rasulullah: Ya Rasulullah! Masih bisakah aku berbuat baik kepada kedua orang tuaku setelah kedua orang tuaku setelah kedua-duanya meninggal? Nabi menjawab: Ya Bisa, yaitu: mendoakan mereka, memohonkan ampun bagi keduanya, memenuhi janji/wasiat, bersilahturahmi kepeda mereka yang dulu sering dikunjungi oleh ayah ibu, dan menghormati teman-teman ayah ibunya. (H.R Abu Dawud)

Berdasarkan hadits diatas dapatlah disimpulkan bahwa kewajiban anak terhadap kedua orang tuanya yang sudah meninggalialah:
(1)   Mendoakan kedua orang tuanya dengan khidmat dan ikhlas
(2)   Memohonkan ampun kepada Tuhan atas kesalahan-kesalahannya
(3)   Melaksanakan semua pesan, wasiat dan menjunjung tinggi nama baik kedua orang tua.


Uququl Walidayn (Durhaka Kepada Kedua Orang Tua)
Secara bahasa kata ‘uquq berarti membelah, memotong, dan memutus. ‘Uququl Walidayn berarti memutus hubungan dengan kedua orang tua. Sementara itu Ibnu Munzhir menyatakan bahwa ‘uquq walidayn adalah lawan kata dari birrul Walidayn, maksudnya memutuskan hubungan dengan kedua orang tua dan tidak menjalin kasih sayang kepada mereka.


Adapun Hadits yang melarang ‘uququl walidayn:
Jenis-jenis ‘uququl Walidayn ialah: (1) Membuat keduanya sedih, baik dengan ucapan maupun perbuatan. (2) Menghadirkannya dengan perkataan keras dan kasar. (3) Bermuka masam dan mengerutkan kening di hadapan mereka. (4) Tidak membantu pekerjaan Rumah, bahkan memerintahkan kedua orang tua sebagaimana layaknya pembantu. (5) Tidak menghormati nasihat, kritikan, dan pendapat mereka. (6) Membebani mereka di luar kemampuan.
Hal-hal tersebut dilakukan oleh seorang anak biasanya disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: (1) Anak tidak tahu akan besarnya siksa bagi orang yang durhaka kepada orang tua dan pahal bagi yang berbuat baik kepada keluarganya. (2) Orang tua tidak mampu menerapkan 4 (empat) metpde pendidikan dengan baik, yaitu metode uswah atau suri tauladan, metode pembiasan dan metode cerita. (3) Pilih kasih diantara anak yang pada akhirnya akan menimbulkan rasa iri, dengki dan memusuhi kedua oarng tua.
Prof Dr. TM. Hasbi Ash Shiddieqi menyatakan bahwa beberapa akibat yang dihadapu anak yang durhaka ialah: (1) Durhaka kepada bapak ibu ditetapkan sebagai pelaku dosa besar. (2) Durhaka kepada bapak ibu dipandang sebagai penantang Allah dan Rasul-nya. (3) Durhaka kepada bapak ibu menjadikan dirinya terhindar dari nikmah surgawi. (4) Durhaka kepada Bapak Ibu akan ditoalak segala amalnya oleh Allah. (5) Durhaka kepada bapak ibu akan menerima balasannya di dunia dan akhirat.
Agar para mahasiswa sanggup berbuat baik kepada kedua orang tua dan menjauhkan diri dari tindakan durhaka kepada mereka, hendaknya mereka kembali kepada ajaran-ajaran agama secara kaffah dan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan keikhlasan dan mengharapkan ridla Allah semata.


3:30 PM   Posted by My Science in with No comments
Read More

Search